Kamis, 30 Juni 2011

Kue Pancong, cemilan tradisional yang tak lekang dimakan Waktu

Kue pancong, itu nama yang dilekatkan pada makanan ini. Meski disebut kue, jangan bayangkan ia seperti anke kue yang biasa ditata apik di toko-toko roti ternama.

Sebab, kue pancong hanyalah sejenis makanan ringan tempo dulu. Tampilannya juga sangat sederhana. Toh demikian, jajanan tradisional ini lekat dengan kehidupan masyarakat Betawi hingga saat ini.


Di Jakarta, kue pancong biasa dijajakan oleh para pedagang makanan keliling. Mereka elalau berdagang ke sudut-sudut kampung. Jika pun tidak, para pedagang kue pancong ini biasanya mangkal di tempat-tempat keramaian, seperti pasar, pertokoan, perkantoran atau sekoalh. Itu pun waktunya tak pernah lama. Sebab, mereka memang lebih suka berkeliling untuk menjajakan kue pancong.

Para pedagang kue pancong ini mudah dikenali. Mereka membawa dua gerobak yang dipikul di bahu. Satu di antaranya untuk tempat kompor minyak dan cetakan kue pancong. Gerobak lainnya, untuk menata kue pancong yang sudah matang.

Dulu, pedagang kue pancong pakai gerobak dorong. Lama-lama ngerasa nggak praktis juga. Di jalan selalu was-was, takut kalau tiba-tiba kesenggol mobil, motor atau bis. Di kampung juga semakin susah jalannya. Kalau pakai pikulan lebih enak. Jalannya lewat trotoar saja,” kata Tashori, pedagang kue pancong yang biasa berjualan di kawasan Menteng, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Lantas apa yang membuat kue pancong bisa bertahan sepanjang masa? Ehm, mungkin ini karena kue pancong benar-benar terasa gurih jika tercecap oleh lidah. Gurih, itu memang sudah pasti.

Sebab, bahan dasar kue pancong adalah kelapa yang terlalu tua atau sedang, santan kelapa dan tepung ketan. Soal perbandingan pastinya, Tashori punya resep andalan yang mungkin bisa Anda tiru.

Untuk sekali jual, Tashori selalu menyiapkan adonan kue pancong yang terdiri dari 13 butir kelapa sedang, santan kelapa dan tiga kilogram tepung ketan dengan merek tertentu. Kelapa itu bersama dengan tepung ketan dan santan.

Asonan itu lalu dituang ke dalam cetakan khuus kue pancong yang bentuknya sekilas seperti cetakan kue pukis. Cetakan kue pancong juga punya beberapa strip, misalnya 4 – 5 strip.

Tutup adonan itu dengan tutup cetakan kue pancong. Lalu pangganglah di atas bara api kompor. Tunggu beberapa saat hingga kering. Keluarkan kue pancong yang telah siap disantap dari cetakannya. “Kalau nggak suka yang gurih-gurih, begitu diangkat, kasih aasnya dengan taburan gula pasir. Rasanya lebih enak, karena terasa butiran gula pasirnya yang manis,” jelas Tashori.

Ehm, kalau dilihat tampilannya, kue pancing ini mengingatkan pada roti gandos, jajanan tradisional tempo dulu yang akrab di lidah orang Jawa. Tampilan kue pancong juga mengingatkan pada jajanan anak-anak yang ibasa disebut serabi cuthik.

Tapi, apapun keangan yang tiba-tiba melintas, kue pancong adalah jajanan Betawi yang murah meriah. Setangkup kue pancong, yang terdiri dari delapan strip, hanya ditawarkan oleh Tashori dengan harga Rp. 2.500. Benar-benar mudah!

“Saya biasa dipanggil kalau ada acara ulang tahunan. Sering banget. Untuk ngramein acara, katanya. Kalau pas ulang tahun Jakarta, saya pasti selalu dipanggil. Diminta jualan kue pancong di Ambassador. Pasti laris dan pasti habis,” kata Tashori.

Kisah sisi buram dari Pergaulan dan Gaya Hidup

Pergaulan dan gaya hidup sering membuat orang hanyut. Susi, nama samaran wanita berumur 40 tahun ini. Posturnya tinggi langsing berwajah manis plus suport ekonomi keluarga, memungkinkannya dapat melebarkan sayap pergaulan.

Terbiasa bebas bergaul, membuat rumah tangga yang dibanggunnnya bersama dengan teman satu fakultas di PTS terkemuka tempatnya menimba ilmu, berantakan.

Dia tak betak ikut suami di Bandung. Dekat keluarga mertuanya, baginya itu ribet. Sedikit-dikit jadi bahan gunjingan. Hanya setahun betah serumah dengan suami. Susi pilih balik ke Yogya.

Awalnya, per beberapa bulan sekali sang suami menjengunya ke Yogya. Tapi lama-lama jadwal kunjungan semakin molor, lalu hilang. Bertahun-tahun tak ketemu suami. Meski secara legal formal, mereka masih terikat pernikahan.

Bagi Susi, ita tak masalah. Apalagi soal melepas kesepian. Dia punya banyak cara. Pergaulannya luas.

Perjalanan panjang membawanya bertemu dengan mantan pacarnya ketika di SMA, Rudi, sebuh saja begitu. Ternyata, benih-benih cinta masih tersisa di hati Susi. Apalagi, rumah tangganya sudah bertahun-tahun tak jelas. Susi semakin lengket dan terpesona pada sosok pria yang lebih dari 20 tahun silam pernah dekat itu.

Rudi pandai memanfaatkan situasi. Dia yang sepengetahuan Susi bekerja di perusahaan minyak asing di Kaltim itu mengaku sudah menduda. “Kenapa tidak menyemaikan benih cinta yang masih ada,” kata Susi dalam hati.

Susi kian lengket sama Rudi, bahkan dia nekat minta izin orangtuanya untuk mengikuti pujaan hatinya itu ke Kaltim. Keduanya lantas terbang ke Balikpapan. Alasan Rudi, saat itu izin cuti sudah habis. Harus segera masuk kerja.

Apa yang terjadi sesampainya di Kaltim? Ternyata pujaan hatinya itu sudah dipecat dari perusahaan minyak tempatnya bekerja. Lebih parah lagi, dia punya banyak wanita simpanan.

Dua bulan Susi bertahan di perantauan. Uangnya, puluhan juta rupiah, ludes untuk hura-hura Rudi. Dia tak bia mengadu ke keluarga. Mau cerita yang sebenarnya malu. Bahkan mengaku, sempat kana bunuh diri. “Untunglah ketemu orang yang terus memotivasi. Dia pula yang membeilkan tiket pulang ke Yogya, aku benar=-benar trauma,” tuturnya.

Rahasia Sukses, Belajar dari Kesalahan Mengelola Keuangan

Pantang Menyerah

Setelah lulus SD. Marsono menyusul ibunya ke yogya. Tapi, bayangkan bisa melanjutkan sekolah dengan mulus, kandas. Kelas II SMP dia drop out. Usaha orangtuanya, jual material bangunan, kembang kempis. Dia harus keluar sekolah. Lalu terpanggil ikut kerja membantu ibunya.

Bermodal ketekunan dan kejujuran Marsono ikut membantu usaha orangtuanya. Dia cermati, mengapa usaha orangtuanya tidak berkembang. Sampai akhirnya dia tahu dimana letak kesalahannya.

Sebab utamnya pada pengelolaan keuangan. Seharusnya uang hasil usaha digunakan untuk mengembangkan dagangan agar lebih besar. Tidak lantas digunakan untuk usaha yang lain.

Usia 18 tahun, Marsono berani menikahi Imukodah. Dari perkawinannya, kini dikaruniai tiga orang anak. Anak pertamanya, sarjana farmasi yang kini punya usaha apotek di Dlingo Bantul. Sulungnya itu telah memberinya cucu.

Anak kedua kuliah di Fakultas Hukum UII. Si bungsu masih di sekolah lanjutan. Kepada tiga anaknya dikenalkan bagaimana jerih payahnya mencari uang. Ada semacam kewajiban sepulang sekolah harus ikut membantu menjaga toko.

“Saya memulai usaha dengan modal Rp.35 ribu hanya cukup untuk sewa tempat,” uangkap Marsono yang merasa beruntung didampingi oleh istrinya Imukodah dalam melakoni lara-lapa.

Saat itu, tahun 1983, situasi sangat sulit. Langkah awal yang dilakukan, membuka usaha jual material. Awal mula usaha, hanya ada pasir satu cold dan batu bata titipan sebanyak seribu buah untuk menambah modal. Marsono menyewa becak yang kemudian digunakan untuk mengangkut sampah.

Dia jadi tukang buang sampah dari beberapa juragan kaya di seputar Karangkajen dan Prawirotaman. Ketika ada sampah bongkaran rumah, batu bata yang masih bisa dimanfaatkan, dia kumpulkan. Lantas ditumbuknya menjadi semen merah. Lalu dijual.

Imukodah berperan sebagai pengayak, menyaring remukan batu bata lembut (disebut semen merah). Itu pekerjaan berat dan butuh ketelatenan. Jarang ada perempuan muda yang mau menjalani pekerjaan itu.

Permintaan bahan bangunan sangat banyak dan lancar. Di antar sendiri semua pesanan dengan becak sewaan. Melayani konsuen dengan ramah, tepat waktu dan jujur. Itulah yang menjadi prinsipnya berdagang. Pesanan material semakin besar. Di tak sanggup lagi menanganinya sendiri.

Kemudian sewa gerobak sapi sekaligus dengan kusirnya. Perlahan dan pasti, usahanya berkembang. Aliran rezeki pun semakin lancar. Dan, untuk mendukung perkembangan usaha, tahun 1984, Marsono membeli colt bekas keluaran 1974 seharga Rp. 275 ribu.

“Prinsip memanfaatkan uang dengan benar. Maksudnya uang dari hasil usaha digunakan untuk menambah modal usaha. Untuk makan sehari-hari saya melakukan kerja sampingan buang sampah itu”, kenangnya.

Berkah dari ketekunan akhirnya mengucur bagaikan curahan hujan yang membasahi bumi. Banyak proyek yang mengambil bahan material dari pangkalannya.

Modal pun samakin kuat. Lantas, dia mulai membeli tanah yang dipakainya untuk tempat usaha secara bertahap. Sampai akhirnya tanah seluas 6 ribu meter persegi tuntas terbeli. Di tempat itulah kini menjadi lokasi bisnis Marsono bernama UD Ika Sari.

Ada dua bangunan yang besar dan megah di lokasi itu. Sebelah barat bangunan lantai dua dijadikan tempat tinggalnya. Sebelah timur bangunan yang luas, bagian depan dijadikan tOko, bengkel las dan pertukangan kayu.

Pun di sisa lahan yang begitu luas, tumpukan material pasir cukup tinggi menggunung. Bongkahan batu kali pun demikian.

Selain itu, di pekarangan belakangan digunakan untuk pabrik batako, paving dan loster. Untuk mengantar pesanan material ke konsumen sudah ada 10 armada colt dan 2 armada truk miliknya yang siap melayani pembeli.

Marsono benar-benar fokus pada usahanya. Segala macam bahan yang berkaitan dengan bangunan semua lengkap tersedia di tokonya. Kegiatan lainnya (las, pertukangan kayu dan pembuatan batako, paving, loster) semata untuk mendukung usaha barunya di dunia properti.

Sudah puluhan unit rumbah dibangunnya dengan harga lebih dari Rp. 300 juta per unit. Diapun mendulang penghasilan fantastis dari usahanya itu. Omzet perharinya kisaran Rp. 20 juta.

Meski demikian, semua itu tidak lantas membuat Marsono takabur. Dia tetap sebagaimana adanya. Sifatnya yang sederhana, dan tidak neko-neko. Dengan kelebihan harta yang dimilikinya dia pun tidak melupakan perjuangannya.

Sehingga secara tertib dia selalu menyisihkan keuntungan untuk sedekah, zakat dan membantu sesama yang membutuhkan pertolongan. Ini kedermawanan yang ketika kecil dulu, tak pernah terbayangkan.

“Semua ini wajib disyukuri. Bisa membantu banyak orang, setidaknya saya memiliki manfaat buat orang lain. Terlebih bagi keluarga,” tukasnya mengakhiri kisahnya pada Kedaulatan Rakyat.

Sekelumit kisah Tukang Sampah yang sukses menjadi Miliarder

Tak harus berpendidikan tinggi dan punya modal besar. Asal punya niat dan mau kerja keras, siapa saja punya hak meraih kesuksesan materi. HM Marsono (48), contohnya. Pebisnis bahan bangunan dan property ini, dulu bekerja sebagai tukang sampah. Masa kecilnya sarat penderitaan.

Sejak uur satu setengah tahun, Marsono keci sudah berpisah dengan ibu kandungnya. Orangtuanya cerai, ayahnya kawin lagi. Ibutnya merantau ke Yogya. Marsono ikut sang nenek tinggal di Boyolali. Dia memanggil neneknya itu dengna panggilan simbok. Usia 7 tahun, Marsono bias melihat wajah ibu kandungnya. Itu pun atas kebaikan hati pamannya, setelah dirinya merengek minta diajak pergi ke Yogya.

Masa kecil Marsono tidak memiliki keceriaan sebagaimana layaknya anak-anak seusianya. Untuk biaya sekolah harus bekerja mencari ramban (hjauan) pakan sapi di lereng Gunung Merbabu. Neneknya orang susah. Untuk makan sehari saja harus bekerja mencari ranting pohon dan kayu bakar di hutan lantas dijual. Makan nasi putih bagi Marsono kecil merupakan kenikmatan luar biasa. Sebab setiap hari dia selalu makan bulgur. Pun hanya satu kali sehari. Pagi mengenal yang namanya sarapan. Hanya sepotong singkong rebus yang dibawanya sebagai bekal mencari rumput di hutan.

Siangnya sepulang merumput, dia sekolah di SD Mrawon Gladaksari Ampel Boyolali. Dengan seragam sekedarnya tanpa sepatu. Marsono menapaki langkah pergi ke sekolah tanpa tahu kelak ingin menjadi apa. Dia tak memiliki cita-cita.

Lulus SD tahun 1977, Marsono bertekad ikut ibu kandungnya di Yogya. Harapamnya, dia bisa melanjutkan sekolah. Namun kenyataan berbicara lain. Sampai akhirnya Marsono harus rela hanya bisa sampai kelas II SMP dan drop out. Lalu dia sewa becak untuk mengangkut sampah rumah-rumah orang kaya seputaran Karangkajen, dibuang ke tempat sampah.

Tunggu tidak hanya sampai disitu. Pada alamat berikut ini anda bisa melihat perubahan cucuran keringan marsono yang mengalir sampai cucuran tesebut membawa dia mengalami perubahan nasibnya menjadi seorang Miliarder.

Kisah suksesnya Buta Aksara karena Berdagang Kayu

Pantang Menyerah

Masih banyak yang percaya, kesuksesan seseorang salah satunya diukur dari tingkat pendidikan. Tapi, tak selamanya rumis itu berlaku. Tak sedikit yang punya latar belakang pendidikan tinggi, masih berpredikat pengangguran.

Sebaliknya, tak sedikit pula yang berpendidikan rendah, justru meraih kesuksesan. Bahkan Salimin (51), warga padukuhan Jamus Pengasih Kulonprogo, meski buta aksara, kini sukses berdagang kayu. Omzetnya kisaran Rp. 30 juta/bulan. Eoknya, Salimin bukan dari keluarga mampu. Dia anak pedagang buah sawo yang penghasilannya tak cukup untuk menghidupi Salimin dan tiga saudaranya. Keterbelakangan ekonomi membuat orangtua Salimin tak menyekolahkan anaknya. Hanya sempat mengenyam pendidikan kelas I SD. Belum bias membaca dan menulis. Yang dia kuasai hanya angka dan rumus berhitung yang sederhana. “Orangtua saya tidak mampu. Pekerjaannya sebagai pedagang buah sawo tidak mencukupi kebutuhan empat orang anaknya. Lalu, saya disuruh keluar dari sekolahd an bekerja,” kenang Salimin.

Meskipun nasib waktu itu tidak berpihak, Salimin tidak mengeluh. Dia setia membantu ibunya di pasar berjualan sawo. Setiap pagi, Salimin memanggul buah sawo ke pasar. “Waktu itu, saya Cuma diberi upah jajan pasar. Namanya juga masih kecil. Dibelikan makanan saja sudah senang. Tapi, lama-lama saya berpikir. Tidak mungkin nasib membaik kalau hanya membantu ibu, ujarnya.

Salimin lalu mencoba mandiri dengan berjualan sendiri. Supaya tidak bersaing dengan ibunya, dia berjualan kelapa. Selama beberapa tahun, Salimin berjualan kelapa di Pasar Wates. Setiap pagi jalan kaki naik turun gunung. “Maklum, waktu itu angkutan umum belum ada. Oran gpunya sepeda onthel juga masih bisa dihitung dengan jari,” cetusnya.

Setelah dihitung-hitung, ternyata jualan kelapa tidak mendatangkan keuntungan yang layak. Salimin pun alih profesi dengen berjualan layang-layang.

Pada alamat berikut, anda bisa menyimak perjuangan Salimin dengan bermodalkan Rp. 50 ribu. Dia mampu mengembangkan bisnisnya menjadi binis yang beromzet puluhan juta rupiah.

Dulu memanggul Kayu Keliling Wates, kini sebulan mampu meraup Puluhan Juta

Pantang Menyerah

Inilah sambungan kisah Salimin yang drop out kelas 1 SD, kini jadi juragan kayu yang boleh dibilang sukses. Raihan sukses itu, ternyata membutuhkan perjalanan panjang. Banyak tantangan harus dilalui.

Seiring bertambahnya usia, Salimin mulai bisa menimbang. Berjualan kelapa, layang-layang dan mengharapkan ada sisa kayu, tidak mungkin memberi kehidupan layak. Sementara itu, Salimin tidak punya ijazah. Apa yang bisa dilakukan hanya bekerja kasar sebagai buruh serabutan.

Dia terus berjuang sendiri. Pada usia sekitar 17-an tahun, Salimin bekerja sebagai kuli gergaji kayu di Wates. Dari pengalamannya bekerja sebagai kuli gergaji kayu itu, Salimin mulai mendapat inspirasi menjadi pengusaha kayu.

Tahun 1986, Salimin memberanikan diri untuk berjualan kayu glugu. Mulanya, hanya coba-coba. Setelah dilakoni dan ternyata keuntungannya hampir 50%, dia mantap berbisnis kayu. “Waktu itu, saya pinjam uang lima puluh ribu sebagai modal pertama,” katanya.

Dengan modal mepet itu, Salimin hanya berjualan kayu glugu dan kayu untuk kerangka rumah. Waktu itu, Salimin memanggul sendiri kayu-kayu jualannya ke kota Wates yang jaraknya sangat jauh. Angkutan barang masih jarang. Kalau pun ada, Salimin belum mampu membayar ongkosnya.

Seperti halnya usaha baru yang lain, jualan kayu glugu yang dilakoni Salimin tidak serta merta laris manis. Demi mendapatkan hasil, dia harus memanggul sebongkok glugu untuk ditawarkan keliling dari kampung ke kampung.

Jerih payahnya itu baru terasa hasilnya ketika menginjak tahun 1990-an. Order glugu meningkat. Momen tersebut dimanfaatkannya untuk mengembangkan usahanya dengan membuat blandar, kusen pintu dan jendela.

Enam tahun kemudian, usaha Salimin menemukan madunya. Relasi bisnis yang terbangun sejak jualan keliling dengan memanggul sebongkok glugu, sering memesan kayu ke rumahnya. Tidak terasa, dagangan kayunya laris manis. “Tahun 1996, saya harus menambah 2 karyawan karena pekerjaan yang semakin banyak,” katanya.

Seiring berkembangnya bisnis, karyawan yang direkrut pun terus bertambah. Kini, dia memiliki tenaga kerja penebang pohon sebanyak enam orang. Dalam sehari, Slaimin harus mencari sekurangnya 5 batang pohon untuk ditebang.

Dalam satu hari itu pula, Salimin harus mengeluarkan uang Rp. 5 juta untuk membeli lima batang pohon. Bahkan, lebih. Tergantung ukuran dan jenis kayu.

Sementara itu, untuk lebih mempercepat perputaran uang. Salimin melebarkan sayap dengan membuat almari, buffet, kursi dan barang-barang mebel lainnya. Tidak terasa, kini Salimin menjadi juragan kayu. Semua peralatan milik sendiri. Mulai dari gergaji mesin dan truk pengangkut.

Uniknya, Salimin tidak pernah mencatat berapa persis penghasilannya. Selama ini, dia hanya memutar uang.

Seluruh kebutuhan empat orang anaknya tercukupi. Setiap bulan, Salimin hanya tahu ada uang sekitar Rp. 20-an juta. Menurutnya, itu hasil jualan kayu. Sedangkan hartanya, tersimpan dalam bentuk tanah yang berada di desa Jamus dan Giripeni. Dua bidang tanah kosong miliknya itu seluas 500-an meter persegi. Sementara itu, Salimin juga menyewa sebidang tanah seluas 500-an meter di pinggir jalan desa jamus untuk membuka usaha penggergajian kayu.

Diakuinya, tidak pernah ada kendala terkait dirinya yang butu huruf. Baginya, selama bisa berhitung dan membaca angka, sudah cukup. Sedangkan untuk belajar membaca dan menulis huruf, Salimin mengaku sudah terlanjur malas. “Toh, dengan begini saja, saya mampu menghidupi keluarga,” akunya.

Terkait kendala bisnis, Salimin mengaku relatif tidak pernah menemui kendala berarti. Diakuinya memang ada beberapa orang yang memesan kayu tidak membayar. Jumlahnya jutaan rupiah. “Itu biasa, diiklaskan saja malah bisa menambah rezeki,” pungkasnya.

Nikah SIRI berbahaya bila masih Labil

Usia yang belia

Banyak motif orang mengambil jalan pintas untuk melakukan nikah siri. Niat awal yang mungkin menjadi dasar pembenaran untuk melakukan nikah siri adalah untuk menyelematkan diri dari berbuat dosa perzinaan. Namun bisa saja nikah siri itu dilakukan karena niatan lain. Namun bisa saja nikah siri itu dilakukan karena niatan lain. Mungkin motif ekonomi bahkan politis.

“Jalan pintas ini memang secara agama dibolehkan. Tetapi semua dikembalikan pada niatan awal. Kalau niatnya memang ingin membentuk rumah tangga yang benar-benar, kenapa harus siri. Bukankah semua pernikahan itu afdolnya diumumkan agar semua tahu dan terbuka,” papan salah satu dosen PTS.

Menurutnya, fenomena nikah siri yang merebak di kalangan remaja belakangan ini sangat disayangkan. Kata dia, remaja itu secara psikologis belum mapan. Sehingga jiwanya belum siap untuk melakukan pernikahan yang memiliki persoalan sangat kompleks.

Remaja masih sangat rentan dengan letupan emosional yang tidak stabil. Pernikahan pada usia yang belia ini akan sangat berpengaruh dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Mungkin pada awal-awal bulan madu bisa dinikmati. Tetapi pada tahun –tahun berikutnya, terutama pada lima tahun pertama pernikahan, merupakan fase yang sangat berat. Terlebih bila tidak didasari kedewasaan dan kesiapan jiwa. Ada goncangan sedikit saja dalam rumah tangga, bisa berakibat fatal.

“Usia remaja masih sangat besar ego yang dimiliki. Pada fase ini sebetulnya remaja masih dalam proses pencitraan diri. Jika kemudian dipaksakan untuk menikah, direnggut masa remajanya. Akibatnya sangat fatal. Jika pernikahan dilakukan secara siri, pihak perempuan akan lebih berat lagi memikul beban dan status yang tidak jelas ini,” lanjutnya.

Kegagalan berumah tangga pada usia belia, tentunya akan memberikan bekas luka yang tidak ringan. Bisa jadi ini menimbulkan trauma berkepanjangan.

Ingat, pernikahan bukanlah tuntutan kebutuhan biologis semata. Tetapi meruakan tanggung jawab dan memiliki nilai sakral dalam proses kehidupan manusia.

Kaisar Paling Sadis Zaman Keemasan Roma

Apakah artinya jabatan seseorang, kalau bibitnya buruk, biasanya keturunannya juga jelek. Secara empiris pun, lantaran tidak dilandasi keimanan,” ketika lingkungannya jelek, itulah konvensi yang ditangkap jiwanya. Maka, kita kenal nama Nero, kendai berpangkat kaisat tetapi kelakuannya bagai iblis.

Pesisir Anchio di kota Roma telah mencatat sejarah tersebut. Sebab, pada tahun 37 M, Nero dilahirkan dari rahim seorang ibu yang sangat jahat bernama Aklibina, adik Kaisar Kaligula yang terkenal sebagai pejabat tinggi yang gila seks. Ayahnya adalah seorang pejabat administrasi yang mempunyai reputasi buruk dan berperilaku naïf. Dia pernah membunuh rakyat banyak yang tak berdosa dengan sewenang-wenang. Ibunya cantikbagaikan bidadari tapi jahatnya seperti ular berbisa. Seorang wanita penuh dengan tipu muslihat dan licik, gemar kekuasaan dan serakah terhadap kedudukan. Suka melakukan pembunuhan missal dan menyiksa orang untuk meraih kesenangan.

Nero lahir cukup tampan, bermata biru, wajahnya berbintik-bintik, dan rambunya berwarna merah kekuning-kuningan serta berpipi agak tembam. Ia putra dari Gnaeus Dominitus – seorang anggota keluarga Ahenobarbi. Selama 500 tahun keluarga ini, yang dikenal akan janggut merah, darah ningrat, kecerobohan dan keberanian mereka, telah berada di lingkungan teratas dari masyarakat ROmawi. Kakek Nero dari pihak ayah adalah seorang pemboros dan gemar melihat pertandingan antara Gladiator. Lagipula ia kejam terhadap para budak beliannya, sehingga ia dikecam oleh Kaisar Agustus.

Ketika dilharikan pada tahun 37, Nero diberi nama Lucius Dominitus Ahenobarbus. Ia tetap memakai nama itu sampai ibunya menikah dengna kaisar Klaudius. Waktu ia diangkat anak oleh ayah tirinya, namanya diganti menjadi Nero Klaudius Drusus Germanikus.

Pada masanya, akhirnya Nero pun diangkat menjadi kaisar menggantikan bapaknya. Tidak lama menjadi Kaisar, nero mendengar kabar bahwa, ibunya secara aktif berkomplot untuk membunuhnya. Mula-mula ia tidak percaya desas-desus ini dan mengalihat perhatiannya kepada Britanikus, saudara tirinya dan saingannya yang kuat.

Akhirnya Nero memutuskan sarudara tirinya harus dilenyapkan. Pada bulan Februari, Nero menitahkan untuk meracuni Britanikus di acara jamuan makan malam. Seorang pelayan membawa anggur untuk Britanikus. Setelah minum seteguk, langsung berakibat fatal. Para pelayan menggotongnya keluar, lalu Nero menenangkan para tamu dengan mengatakan bahwa Britanikus hanya mengalami serangan penyakit ayan. Esok harinya Nero menitahkan jenazah itu diperabukan di Kampus Mars.

Setelah ia yakin bahwa ibunya menentang dia, ia juga memutuskan untuk membunuh ibunya. Untuk meredam reaksi umum, Nero memutuskan, ibunya harus mati akibat kecelakaan. Ia mengatur agar ibunya pulang dengan kapal yang akan tenggelam.

Setelah ibunya dan Britanikus meninggal, nero berkelakuan seperti seorang singa kelaparan yang tiba-tiba dilepaskan dari kandangnya. Ketika sedang bercakap-cakap, kawannya mengutip sebuah perkataan yagn terkenal “Bila saya mati biarlah api yang menghanguskan bumi”. Namun Nero emgnubah kalimat itu dengan berkata “Bila aku masih hidup, biarlah api menghanguskan Bumi” dan dia menyebarluaskan perkataannya itu dengan kegembiraan.

Dia menikah lagi dengan seorang bangsawan kaya, sehignga kesempatan menyediakan pendidikan kelas satu bagi Nero. Kemudian, ketika istri ketiga dari Kaisar Imperialis Roma Klautikse meninggal dunia, dengan mengandalkan hubungan family berdalih bahwa, kaisar yang juga pamannya hendak menikahinya, perempuan itu pun memanfaatkan kecantikannya untuk memikat kaisar tua itu.

Akhirnya pada tahun 49 M, dia berhasil menjadi seorang permaisuri. Tahun berikutnya, dia berusaha membuat kaisar menerima Nero sebagai anak angkat, serta mengupayakan agar putrid kaisar menikah dengan Nero. Ia juga menghapus kedudukan Bunitanix yang tadinya putra mahkota. Ia mengangkat Nero sebagai penggantinya. Ketika kaisar tua merasa menyesal atas pengangkatan Nero sebagai pewaris tahta. Nero tahu sehingga ia melancarkan intrik pembunuhan yang keji dengan seporsi hidangan jamur beracun untuk meracuni kaisar tua itu. Ia juga menggunakan uang dalam jumlah besar untuk membeli pasukan pengawal istana.

Kemudian memproklamirkan Nero yang baru berusia 17 tahun itu sebagai kaisar baru Roma. Setelah nero naik tahta, sudah tergenggam tampuk kekuasaan besar.

Disebabkan oleh pengaruh dan didikan sang ibu dalam jangka waktu pajang, maka sejak kecil Nero sudah terdidik dengan sifat yang benis, serakah dan sewenang-wenang serta haus kekuasaan. Ia tidak segan membunuh ibunya yang ingin menyingkirkannya sebagai kaisar, juga membunuh istrinya karena bosan dan ingin menikah lagi dan membunuh adinya serta saudara tirinya yang dianggap menghalangi geraknya dalam melampiaskan nafsu.

Onbashira, Tradisi Uji Keberanian dari Jepang

Pemuda Jepang mencoba membuktikan keberanian mereka dengan menaiki batang pohon raksasa menuruni buki curam dalam upacara aneh Ki-otoshi di Jepang.

Keberanian bukan kata pertama ketika melihat kasus dari upacara rolling-log di Jepang. Tapi itu adalah apa yang orang-orang ini lakukan. Tampaknya membuktikan selama upacara Ki-otoshi mereka naik kayu raksasa dengan ditarik tali untuk menuruni bukit curam.

Festival Jepang ini sangat terkenal yang diadakan setiap 6 tahun di Danau Suwa. Onbashira berarti “pilar terhormat” dan terdiri atas dua bagian: Yamadashi yang biasanya diadakan pada bulan April dan Satobiki dirayakan di bulan Mei. Para pria mempersiapkan diri untuk bagian pertama dengan menebang pohon-pohon besar yang akan digunakan sebagai log atau “kendaraan” nanti. Selama Yamadashi, peserta harus menyeret balok raksasa menuruni gunung. Para peserta menunjukkan bagaiaman berani dalam “Ki-otoshi”, upacara dengan megnendari kutub pohon di lereng. Ini agak spektakuler. Penyaradan dan lompatan di atas medan kasar, pada batang pohon dan terjatuh untuk menuruni lereng curam.

Seseorang selalu terluka. “Aku jatuh dan patah tulang rusuk pada waktu saya ke bawah”, kata Kazuaki miyasaka, koki 60 tahun, setelah mengambil bagian dalam upacara pada tahun 2004.

Kegiatan ini merupakan bagian dari segmen Yamadishi, sebuah festival Jepang yang disebut Onbashira, festival “Pilar Suci”. Onbashira adalalah upacara kuno yang sudah dirayakan di wilayah Danau Suwa Nagano sejak 1.200 tahun silam.

Sebelum Yamadishi, yang berarti”keluar dari pegunungan”, pohon-pohon besar ditebang dengan kapak dibuat khusus untuk acara itu.

Pohon itu dihiasi dengan warna tradisional upacara Shinto, erah dan putih. Kemudian tali yang terpasang akan diseret oleh tim laki-laki untuk menuruni bukit menuju empat kuil dari Suwa Taisha. Di bagian Satobiki festival, kayu secara khusus ditempatkan untuk mendukung fondasi rumah suci itu.

Enam belas batang pohon digunakan, empat untuk setiap kuil, dalam upaya untuk memperbaharui kekuatan kuil. Pria duduk di atas kayu sebagai tanda mereka dibangkitkan dan bernyanyi untuk menandai kesempatan tersebut.

Onbashira ini juga digelar pada saat upacara pembukaan Olimpiade Nagano pada tahun 1998. Saat pasca gempa, apakah kegiatan tersebut masih tetap jalan?

Selasa, 28 Juni 2011

Cucak Jenggot, Burung Dwi Fungsi dan tips dalam memilihnya

Cucak Jenggot merupakan burung fighter. Burung ini umumnya digunakan sebagai burung master tetapi banyak juga yang menjadikannya sebagai burung lapangan yang selalu berprestasi dan mencetak poin dalam suatu lomba. “Pamor Cucak Jenggot makin menanjak seiring dengan sering diadakannya latberan baik di tingkat lokal maupun nasional. Memelihara dan merawat burung Cucak Jenggot sangatlah mudah,” papar Agung

Lebih lanjut Agung menjelaskan, karakter burung ini mudah jinak. Karena kemampuan beradaptasinya yang tinggi, maka burung ini mudah jinak kepada manusia. Agresif, jika disekitarnya ada suarau burung lain yang memiliki frekuensi tinggi, burung ini langsung menimpali, imbuhnya.

Untuk bisa membedakan jenis kelamin cucak jenggot, pada dasarnya memang tidak mudah layaknya mengenali ciri-ciri cucak ijo atau burung lainnya. Tapi pada umumnya jantan dan betina bisa dilihat dari segi fisiknya.

Untuk perawatan sebenarnya Cucak Jenggot tidak beda dengan burung lainnya. Dimandikan, dijemur dan diberi makan. “Perawatan ini harus rutin dan teratur, agar burung dapat bekerja dengan stabil.

Cara perawatannya juga menentukan kicauan dari masing-masing burung. Semakin dirawat dengan ekstra maka burung kana berkicau dengan gelegar,” kata pria yang seing menjadi juri di Letberan PASTHY.

Untuk makanan, Cucak Hijau paling odyan akan buah-buahan seperti pisang, pepaya, tomat, pir. Untuk EF (extra fooding) bisa diberi jangkrik, kroto, ulat hongkong, ulat bambu, belalang. Namun perlu diketahui, pemberian EF juga harus disesuaikan dengan karakter masing-masing burung.

“Perbanyak pemberian buah pepaya, karena buah ini mengandung vitamin C yang tinggi sehingga membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Disamping itu, mudah dicerna dan sangat cocok untuk metabolisme burung pemakan buah seperti Cucak Jenggot,” katanya.

Prospek Cucak Jenggot begitu menggairahkan, harga anakan di pasaran biasa mencapai Rp. 90.000 – Rp. 125.000. Sedangkan jika sudah mengikuti lomba harganya bisa jutaan. Bahkan menurut Agung, Cucak Jenggot yang memiliki volume keras, crecetan tajam rapet dan isian komplit, harganya juga cukup tinggi.


Berikut dibawah ini adalah Tips memilih Burung Cucak Jenggot

·Dilihat dari postur badan, pilihlah burung yang berpostur dengan panjang leher, badan dan ekor, serta kaki yang serasi. Jangan memilih burung yang berleher dan berbadan pendek.

·Sayap mengapit rapat dan kaki mencengkram kuat, ini menandkaan burung sehat. Warna kaki tidak berpengaruh terhadap mental burung.

·Lincah dan bernafsu makan besar. Ini merupakan ciri-ciri bahanyang bermental baik.

·Rajin bunyi, ini menandakan burung tersebut memiliki prospek yang cerah.

·Warna bulu tegas dan kering, diyakini memiliki irama laguyang sangat panjang.

·Memiliki jambul dan jenggot yang lebih besar. Burung akan mempunyai wibawa yang besar apabila berhadapan dengan burung Cucak Jenggot lain.

Disiplin sebagai penghantar Keberhasilan Anda guna meraih kesuksesan

Disiplin merupakan salah satu kunci yang dapat mengantarkan Anda pada sebuah keberhasilan dan kesuksesan. Tidak ada salahnya mencoba hidup disiplin yang nantinya akan mengubah gaya hidup Anda menjadi lebih baik.

Seperti yang disampaikan oleh Paul J. Meyer dalam buku yang berjudul 24 KUNCI SUKSE, disiplin adalah sesuatu keharusan yang pertama kita miliki dalam hidup kita, sebab jika tidak memiliki sikap disiplin, maka Anda tidak akan memiliki apa-apa.

Sayangnya, banyak orang menganggap bahwa disiplin adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Rasa malas dan “Ah yang penting hidup senang seperti air mengalir,’ bisa menjadi hambatan kedisiplinan yang tumbuh dalam sikap sehari-hari.

Padahal, semua aspek kehidupan memerlukan sikap disiplin yang tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Dengan demikian, maka disiplin harus dibangun sejak dini. Tidak ada istilah terlambat untuk membangun sikap disiplin mulai sekarang!.

Segala sesuatu itu penting. Semakin penting sesuatu, maka sikap disiplin akan muncul dengan sendirinya. Sayangnya, ada orang yang malas melakukan sikap disiplin pada hal-hal tertentu yang dianggap remeh dan kecil, sehingga menganggapnya sebagai angin lalu yang tidak butuh perhatian.

Mulailah untuk mengubah pandangan tersebut, karena sikap disiplin harus dilakukan pada segala aspek. Sesuatu yang dianggap kecil dan remeh, seringkali menjadi sesuatu yang menghebatkan Anda pada suatu saat nanti tanpa disadari. Karena itu, jangan memilih-milih saat menerapkan sikap disiplin. Perlunya kesadaran hati dan diri. Hidup berjalan cepat sampai banyak orang seolah tidak bisa merasakan napasnya sendiri. Ambil waktu sebentar untuk memikirkan apa yang telah anda lakukan dan anda hasilkan selama ini.

Ingat kembali seberapa tinggi sikap disiplin yang telah diterapkan. Apakah sudah cukup baik untuk membuat hidup teratur atau justru tidak cukup disiplin sehingga membuat hidup Anda berantakan?

Ambil sebuah kesadaran dalam hal ini. Ingat kembali tentang bagaimana Anda menerapkan disiplin dalam berbagai hal tanpa kecuali. Jika sudah merasa cukup, bisa anda tingkatkan. Jika merasa kurang, maka Anda harus menanamkan kesadaran bahwa harus ada perubahan dalam mengambil langkah mantap untuk membentuk disiplin yang semakin baik atau Komitmen. Anda sudah tahu bagian apa dalam hidup yang kurang mendapatkan sentuhan disiplin. Jika sudah memiliki niat untuk lebih disiplin, selanjutnya . . . .Anda hanya butuh sebuah komitmen untuk terus berpegang pada semangat disiplin yang telah dimiliki.

Sebuah komitmen yang Anda bangun akan terus mengobarkan semangat untuk tetap menerapkan nilai displin pada kehidupan anda apapun yang terjadi. Komitmen juga akan membuat Anda untuk lebih mampu memutuskan apa yang baik untuk aspek-aspek kehidupan. Sehingga penting bagi Anda untuk membangun komitmen bersama diri sendiri agar disiplin yang telah ditanamkan tidak lepas begitu saja karena dihantam kegagalan atau batu sandungan.

Membiasakan diri. Bila Anda selama ini terlena dengan hidup yang cenderung santai dan “lihat nanti deh:, maka perlu penyesuaian yang akan Anda alami jika sudah memasukkan unsur-unsurdisiplin dalam kehidupan sehari-hari. Bisa jadi orang-orang di sekitar Anda berseru, “Wah, tumben jadi disiplin, biasanya nggak,” jadikan hal tersebut pemacu bahwa Anda telah separuh jalan dalam pencapaian penerapan disiplin.

Tentunya tidak mudah untuk menerapkan hidup disiplin. Butuh proses untuk mengubah gaya hidup Anda menjadi tepat waktu. Tetapi sekali lagi, Anda sendiri yang menjadi penentu kehidupan, kontrol sangat diperlukan dalam hal ini. Dorong diri Anda dengan keyakinan bahwa disiplin yang sudah diterapkan bukan sesuatu yang buruk namun justru akan mengangkat kehidupan Anda ke arah yang lebih baik. Selamat mencoba hidup disiplin!

Bledug Kuwu, tempat wisata dengan fenomena gunung api lumpur

Bingung mencari tempat rekreasi yang cocok untuk keluarga Anda, cobalah berkunjung ke Bledug Kuwu barangkali tempat ini bisa dijadikan alternatif tempat liburan.

Bledug Kuwu yang terletak di Desa Kuwu, Kec Kradenan, Purwodadi, Jawa Tengah ini memiliki keunikan tersendiri, dibanding tempat-tempat rekreasi pada umumnya.

Bledug Kuwu adalah sebuah fenomena gunung api lumpur yang mengeluarkan letupan lumpur secara terus menerus. Hampir setiap menit, bunyi letupan tersebut menyerupai bunyi meriam yang berasal dari dalam bumi. Uniknya lagi letupan lumpur tersebut mengandung garam yang banyak ditambak oleh warga sekitarnya.



Jika ingin menikmati pesona keindahan alam ini, Anda bisa menempuh jalan darat, dari Yogya-Solo-Purwodadi kemudian mengambil arah menuju Wirosari Blora. Di sekitar lokasi juga tedapat berbagai fasilitas, seperti rumah makan, rumah penginapan, dan tentu saja warung yang menjual garam buatan penduduk Desa Kuwu yang sudah terkenal rasanya yang asin namun gurih.

Cukup merogoh kocek Rp. 2.000, Anda sudah bisa menikmati keindahan wisata alam Bledug Kuwu yang memiliki luas wilayah sekitar 45 hektare ini. “Dari total 45 hektare, setegahnya merupakan tempat-tempat sebaran letupan, karena letupan-letupan kecil tempatnya berpindah-pindah. Makanya pengunjung harus berhati-hati saat menginjakkan kaki di sini. Karena kalau salah bisa terperosok ke bekas lubang letusan,” terang Sugito, salah satu guide di Bledug Kuwu.

Lebih lanjut pria asli desa Kuwu ini menjelaskan, nama Bledug Kuwu berarti ledakan yang berhamburan, jika diambil dari bahasa Jawa, yaitu bledug yang berarti ledakan, dan kuwu yang berarti berhamburan.

“Tempat ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Kuno. Masyarakat di sini percaya kalau lubang yang ada di Bledug Kuwu merupakan jalan pulang Joko Linglung menuju kerajaan Medang Kamulansetelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular nagara yang meruapkan syarat agar dia diakui sebagai anaknya,” jelasnya.

Sugito menambahkan, Bledug Kuwu mempunyai keistimewaan karena memiliki jenis tanah Alvuial Plain atau tanah endapan, sehingga terasa empuk sat diinjak dan juga tumbuhnya rumput yang biasa tumbuh di pinggir laut, membuat tempat ini dipercaya meruapkan terusan dari Laut Selatan.

“Lumpur di Bledug Kuwu ini tidak panasnamun susah dihilangkan. Makanya harus ekstra hati-hati kalau melangkah di daerah letupan. Berkas lumpur ini tak bisa hilang meski di cuci dengan air. Hilangnya harus memakai rumput,” ujarnya.

Jika hari biasa, tempat ini memang bisa dikatakan sepi pengunjung. Pengunjung biasanya datang ke Bledug Kuwu saat akhir pekan atau hari libur nasional. “Kalau hari biasa, pengjungnya paling ndak sampai 100 orang, tapi kalau hari libur pada akhir pekan bisa dua kali lipat. Rata-rata pengunjung ke sini menikmati keunikan tempatnya sembari mencari garamnya, “ kata Tri Parsito (48), petugas loket Bleduk Kuwu.

Saat berkunjung ke Bledug Kuwu, sebaiknya membawa payung karena lokasinya merupakan wilayah yang gersang dan tak ditumbuhi pepohonan satu pun, sehingga terik matahari akan sangat terasa membakar ubuh jika berkunjung di siang hari.

“Sebenarnya tempatnya enak buat rekreasi keluarga, Cuma panasnya ndak tahan kalau siang. Apalagi kalau ndak bawa payung. Harga makanan dan oleh-oleh di sini juga hitungannya murah, Cuma akses jalan menuju sini agak rusak, sehignga harus segera diperbaiki,” kata Nur Laely (35), pengunjung asal Kudus.

Menjadikan Bumbu Dapur sebagai Obat Jerawat

Jerawat menjadi musuh terbesar kaum hawa, sehingga dapat mengurangi rasa percaya diri mereka. Namun, sekarang banyak cara untuk memerangi jerawat mulai dari perawatan di salon sampai menggunakan obat-obatan yang beredar di pasaran.

Tahukah Anda bahwa bumbu dapur juga berkhasiat menjadi obat jerawat.


Jahe ternyata menjadi penyembuh jerawat paling efektif. Jahe mengandung banyak sekali elemen anti radang yang membuatnya menjadi amat efektif dalam mengurangi bengkak dan merah-merah akibat jerawat

Selain itu, jahe termasuk salah satu antibiotic paling alami yang pernah ada. Oleh karena itu, jahe sangat efektif dalam menghilangkan jerawat yang disebabkan oleh bakteri. Manfaat lain dari jahe adalah untuk memperbaiki sistem kekebalan dan juga hormone pada tubuh.

Jika Anda tidak menyukai jahe, Anda bias mencoba bawang putih. Bawang putih dan jahe termasuk dalam satu rumpun keluarga. Oleh karena itu, bawah putih memiliki efek yang hampir sama kuatnya dengan jahe dalam menghilangkan jerawat.

Kedua bumbu tersebut bias dikonsumsi rutin dalam bentuk minuman atau jus. Barangkali Anda akan lebih memilih jus jahe daripada jus bawang putih karena jahe terasa lebih enak.

Selain itu Anda dapat menambahkan madu, gula, atau perasa yang lain untuk membuat jus Anda terasa lebih enak. Namun jika mungkin, akan lebih baik untukmeminum jus jahe atau bawang putih itu tanpa menambahkan apa-apa, karena efeknya akan lebih maksimal.

Dengan menggunakan bumbu dapur tersebut, Anda dapat merawat kulit dan menghilangkan jerawat secara efektif. Silahkan mencoba dan dapatkan kulit cantik yang bebas dari jerawat.

Kiat dan Siasat bertahan guna menghadapi gempuran Sapi Impor

Banyak peternak sapi mengalami kerugian. Harga sapi anjlok drastis. Anehnya, harga daging tetap menjulang tinggi. Kenyataan Ini menjadi sebuah misteri

Tantangan para penguaha sapi, tak hanya penurunan daya beli masyarakat. Impor sapi yag seolah dibiarkan mengkoyak-koyak usaha peternakan rakyat, kian merunyamkan usaha peternakan sapi

Jika banyak peternak frustasi dan menghentikan usahanya, yang diuntungkan importer dan peternak luar negeri. Kelak jika usaha peternakan sapi dalam negeri hancur, bukan tak mungkin harga sapi-sapi impor melambung.

Kondisi tersebut harus disiasati. Seperti diungkap oleh Evi Irawati. Manajer pemasaran CV Restu Bumi Pleret Bantul itu mengaku, peternak harus melakukan terobosan agar terhindar dari kerugian.

Terobosan yang dilakukan itu adalah dengan melakukan bisnis produk derivate. Untuk mengatasi anjloknya harga sapi, mereka memotong, mengolah daging menjadi makanan kemasan serta memasarkan produk tersebut langsung ke konsumen.

Strategi tersebut jitu. Di saat para peternak sapi mengalami keterpurukan sejak tahun 2010 lalu, justru Restu Bumi menambah kandang dengan kapasitas 80 ekor sapi. Sehingga saat ini mereka mampu memelihara 250 ekor sapi per siklus, 3 – 4 bulan.

Semua potensi sapi diolah untuk meningkatkan nilai ekonomi, Kulit, diubuat menjadi rambak, Jerohan, khususnya paru, diolah menjadi keripik. Daging kelas 2, dibuat menjadi bakso dan sosis. Daging kelas 1, dibuat menjadi abon. “Membeli daging Rp. 50 ribu per kilo itu berat. Tapi, bila diolah jadi bakso dan sosis, terasa murah. Bakso pun dapat dimasak sendiri di rumah. Jadi, bisa lebih murah dibandingkan dengan jajan di warung,” urai Evi. Keterjangkauan harga ini akhirnya juga berujung kepada kenaikan konsumsi dan pemotongan. Tentang adanya daging kelas 1 dan 2, menurut Evi sebenarnya sama-sama baik. Kelas hanya menunjukkan kesukaan.

Contoh daging kelas 1 adalah daging paha sedangkan daging kelas 2 adalah daging Iga. Harganya terpaut sekitar Rp. 20 ribu/kg. Pada saat Idul Fitri dan bulan-bulan hajatan maka daging kualitas 1 akan laris, sehingga daging kelas 2 banyak yang tersisa.

Kebalikannya, di saat bulan sepi hajatan seperti bulan Muharam, daging kelas 1 justru banyak yang tersisa. Pada dari 100 kg daging hasil pemotongan, 10 – 15 kg di antaranya adalah daging kelas 2. Tentu, daripada harganya dibanting karena sepi maka lebih baik diolah. Daging kelas 2 dijadikan produk semacam bakso dan sosis

Workaholic Ternyata Dingin di Ranjang, Oh Ya?

Bagi kaum adam dan juga kaum hawa yang terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka, sering mendapat cap sebagai makhluk yang dingin di ranjang. Apakah benar demikian atau sekedar isapan jempol belaka?


Anda tampaknya harus menerima kenyataan bahwa pendapat tersebut ternyata mendekati benar. Sebuah peneltian yang dilakukan oleh Pharmaton Vitality Capsules pada 3000 orang dewasa di Inggris mendapat data yang sangat mengejutkan. 70% dari mereka mengakui bahwa mereka terlalu leah pada aktivitas mereka sehingga saat mereka pulang ke rumah, mereka ingin langsung beristirahat dan melupakan bahwa sex itu ada.

20% dari responden mengatakan bahwa seminggu sekali sudah cukup bila mengingat padanya aktivitas merkea. Separuh dari total responden mengaku bahwa mereka melakukan kegiatan bercinta pada akhir minggu atau akhir bulan dalam keadaan tubuh yang lelah dan hasil yang tidak selalu memuaskan. Hmm . . . .bukankah data ini mencengangkan? Apakah Anda mulai mengkhawatirkan bahwa hal ini juga akan terjadi di Indonesia?

Pharmaton Vitality Capsules mengatakan bahwa kebanyakan dari mereka mengaku bahwa beristirahat ternyata lebih memuaskan daripada harus bercinta dengan pasangan mereka. Ini bisa saja terjadi, bila mereka sudah bekerja sepanjang hari bersama partner kerja, tentu saja mereka kana melupakan kegiatan ‘bekerja pada malam hari’ bersmaa partner seumur hidupnya. Menyedihkan memang, mengingat kegiatan bercinta adlaah salah satu kegiatan yang tidak hanya masalah orgasme dan kesenangan, tetapi juga bentuk komunikasi dan pengikat pasangan. Lalu apa saja alasan mereka yang sering menolak kegiatan yang sangat intim ini?

“Aku perlu tidur, sayang!”. Oh ya, merek ayang bekerja seharian tentu perlu istirahat untuk memulihkan stamina mereka. Tidur adalah pemulih stamina paling alami dan paling aman. Jika sudah begini, pasangan mereka hanya bisa gigit jari.


Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan malam ini!”. “Jadi pekerjaanmu lebih penting daripada aku?” Mungkin itu adalah kalimat sindiran yang paling populer jika pasangan harus bekerja lembur.

Aku lelah mengasuh anak-anak, mereka terus bertengkar seharian!” Tidak hanya sebagai perempuan pekerja, menjadi seorang ibu rumah tangga dengan anak-anak yang masih balita tentunya akan sangat menguras energi.

Besok pagi aku ada pertemuan penting!”. Pertemuan dengan klien yang penting adalah alasan yang membuat pasangan kesal.

Separah itu? Hasil dari penelitian ini bisa dipakai sebagai gambaran bahwa harus ada usaha yang cukup keras sebelum anda mengalami kejadian yang sama. Jika pasangan Anda adalah seorang workaholic, maka dia memang butu istirahan, menyelesaikan tugas, dan mengutamakan klien yang menanti meeting.

Senin, 27 Juni 2011

Kiat menggandakan Untung dalam Bertani Cabai

Lahan pesisir dulu dilirik orang. Dianggap tak menghasilkan. Tapi ternyata sangat bagus untuk dimanfaatkan sebagai area tanaman cabai. Bahkan produksi cabai di lahap berpasir tersebut, cukup fantastis.

Sukarman (55) warga desa Bugel II, Panjatan Kulonprogo menjadi pemuka yang mampu memanfaatkan lahan pasir Pantai Bugel untuk budidaya cabai. Jerih payahnya itu berhasil dan kini menjadikan Bugel sebaagi kawasan sentra penghasil cabai. Hasil panen cabai dari lahan pasir justru lebih bagus. Warnanya mengkilat, lebih tahan hama dan bia dipetik berkali-kali. Hasil panen lebih banyak dibanding cabai yang ditanam di sawah atau kebun.


“Setiap musim panen, warga desa Bugel II bisa menghasilkan sekitar 60 – 80 ton cabai per hari dari luas lahan pasir 900 hektar. Dikelola petani lahan pasir di desa yang terdiri dari 30 dusun dan 4 kecamatan,” kata Sukarman

Lahan pasir di tepian Pantai Bugel, Kulonprogo, sekarang sudah menjadi penghasil cabai yang tekrenal. Setiap masa panen, desa Bugel selalu ramai oleh para pedagang dari berbagai daerah. Para petani tak perlu repot menjual hasil panen cabainya ke tempat jauh. Cukup mengumpulkan hasil panennya itu di pasar lelang Aossiasi Pasar Tani (Aspartan) di desa masing-masing.

“Pada pedagang yang dating itulah nantinya yang mendistribusikan cabai dari desa Bugel ke berbagai kota besar seperti Semarang, Jakarta, Batam, Riau dan banyak lagi,” tambah Sukarman.

Kesuksesan para petani cabai lahan pasir di desa Bugel, sekiranya menjadi kabar gembira di tengah banyak kisah para petani lain yang senantiasa mengalami kerugian.

Faktanya, petani cabai dea BUgel hampir tak pernah mengalami kerugian. Padahal, kesulitan menanam cabe di lahan sawah atau kebuh pada umumnya juga harus dihadapi oleh para petani cabai lahan pasir. Belum lagi tantangan dari aspek bisnis, di mana harga cabai bisa mendadak turun drastis bak pesawat kehilangan sayap.

“Semua rintangan itu memang harus dihadapi. Misalnya, curah hujan tinggi dan serangan hama. Juga perubahan harga yang bisa sangat fluktuatif. Itu semua sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari petani cabe. Tetapi, di tengah rintangan itu sebenarnya ada berkah yang lebih menguntungkan daripada sekadang menjual hasil panen cabai,” beber Sukarman.

Peluang Bibit

Sukarman bukanlah insinyur pertanian, ia bahkan gagal menyelesaikan kuliah di Yogyakarta karena 3 kali tak lolos ujian Negara. Tahun 1983, Sukarman harus rela meninggalkan bangku kuliah tanpa ijazah.


Tiga kali taklulus ujian Negara itu sudah menghabiskan banyak uang. Sementara, kelima adiknya masih membutuhkan biaya sekolah. “Saya harus mengalah. Biar adik-adik saya juga bila melanjutkan sekolah,” katanya.

Usai itu, Sukarman berusaha mencari kerja di kota. Dua tahun lamanya tak mendapatkan pekerjaan. Alhasil, Sukarman pulang ked ea. Tahun 1985, Sukarman baru terbuka inspirasinya ketika melihat sebatang pohon cabai tumbuh di lading pasir. Tidak dirawat, tetapi bisa berbuah. Sukarman tergerak untuk membudidayakan cabai di lahan pasir itu.

“Waktu itu saya berpikir. Kalau dirawat dengan baik pasti pohon cabe itu bisa tumbuh subur di lahan pasir,” kenangnya.

Bermula dari ide sepele, dan pada tahun itu juga, dia memulai mencoba menggarap usahanya. Dengan bermodalkan lahan seluas 300 meter persegi, Sukarman berhasil membuktikan keyakinannya. “Saya masih ingat, wakti itu panen sebanyak 17 kilogram cabai. Hasil itu sudah banyak sekali, mengingat dulu belum ada orang menanam cabai di lahan pasir sebagus itu hasilnya. Harga cabai wakti itu juga masih Rp. 300,” ungkapnya.

Berawal dari kesuksesan itu, Sukarman kian melebarkan lahan pasirnya. Seiring itu, warga desa lainnya ikut-ikutan. Lalu ia memimpinnya dan menggerakkan warga untuk membuat sumur guna menyiram lahan cabai. Dia menjelaskan, pohon cabai bisa tumbuh subur dan membuahkan hasil yang baik karena diberi pupuk kandang.

Kini, Sukarman sudah sukses. Penghasilannya jutaan rupiah per bulan. Baik di musim harga cabai tinggi maupun jeblok. Pasalnya, Sukarman menerapkan strategi musim. “Kalau harga cabe sedang baik, pohon cabe langsung dipupuk sehabis dipetik. Pohon cabe di lahan pasir bisa dipetik sampai 30-an kali, dengan jeda waktu petik 5 hari. Tetapi kalau harga cabai sedang anjlok, lebih baik poohon cabai diganti dengan yang baru. Sementara menunggu harga stabil, pohon cabai yang baru sudah berbuah. Hasilnya optimal dan harganya maksimal,” jelasnya.

Ditambahkan, selama masa harga jual cabai anjlok, dirinya memanfaatkan bisnis bibit cabai. Menurutnya, hasil dari penjualan bibit cabai justru lebih besar ketimbang menjual cabai. “Biasanya, penjualan bibit melonjak ketika curah hujan tinggi. Sebab, banyak petani yang gagal membuat bibit cabai sendiri. Itulah mengapa, curah hujan tinggi dan harga cabai anjlok itu bukan masalah,” tegasnya.

Sukarman mengaku, belum lama menjual bibit pohon cabai seluas 3.000 meter persegi yang terbagi dalam 300 bedeng. Satu bedeng bibit pohon cabe dijual sebesar Rp. 100 ribu. Dengan harga setinggi itu, Sukarman mengaku meraup untung besar. Pasalnya, untuk membuat bibitnya tidak sulit. Hanya tinggal memilih biji cabai yang bagus, dikeringkan lalu disemai. Masa semai cabai selama 1 bulan. Setelah ditanam di lahan, 75 hari kemudian mulai bisa dipanen. Petikan pertama memang belum begitu banyak. Baru pada petikan kesepuluh sampai puncaknya ke dua belas, hasilnya baru melimpah. “Kalau harga cabai sedang bagus usai dipetik pohon cabe dipupuk. Lima hari kemudian bisa dipetik lagi. Begitu seterusnya sampai 20 – 30 kali petik. Itu kalau harga sedang bagus, sehingga tidak rugi pupuk”, pungkasnya.