Tampilkan postingan dengan label Hiburan dan Wisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hiburan dan Wisata. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 Juli 2011

Pulau Kabung, tempat mencari ikan paling mudah

Pulau Kabung adalah sebuah pulau kecil di perairan Kalimantan Barat. Pulau ini dikenal sebagai “Pulau Seribu Bagan” yang menghasilkan berton-ton ikan teri.


Teluk Suak

Untuk ke Pulau Kabung, kita bias naik perahu dari Teluk Suak. Teluk Suak terletak sekitar 70 kilometer dari Pontianak kea rah Singkawang. Hanya ada 2 perahu yang melayani penduduk Pulau Kabung. Setiap perahu hanya bias berlayar satu kali dalam sehari. Pagi, berangkat jam 06.00 dari dermaga Pulau Kabung ke Teluk Suak. Siang, berangkat jam 12.00 dari Teluk Suak ke Pulau Kabung.

Di Pulau Kabung, Bobo menginap di rumah Pak Ukas. Rumahnya besar. Kita bias memancing dari rumah panggung di atas laut. Namun, sebelum menyeberang, sebaiknya kita membeli bekal. Seperti beras, sayuran, bumbu, makanan kecil, dan lauk bagi yang tidak suka ikan.


Seribu Bagan

Pulau Kabung terletak di Desa Karimunting, Kecamatan Sungai Raya, kabupaten Bengkayang. Pulau ini mendapat julukan “Pulau Seribu Bagan” karena jumlah bagan di sini banyak sekali. Bagan adalah bangunan berupa tiang-tiang, tempat nelayan mencari ikan dengan jarring bias diangkat. Bagan-bagan ini didirikan di atas karang. Tiang bagan dibuat dari kayu nibung (sejenis lontar) dengan tinggi 18 meter lebih. Di atas bagan, ada pondok, mungil beratap daun nipah. Bila terkena ombak, tiang-tiang bagan akan bergoyang-goyang. Seruuuu.

Di atas bagan kita bisa mencoba menurunkan jaring ke dalam laut. Sambil menunggu ikan berkumpul di dalam jaring, kita bisa melihat ikan-ikan berseliweran di terumbu karang. Bila terumbu karang di bawah bagan ada anemon, kemungkinan kita dapat menemukan si “nemo” sedang bermain-main di sini. Soalnya, nemo si ikan badut ini selalu berteman dengan anemon.

Di atas bagan, kita juga bisa menikmati pemandangan indah pulau-pulau tetangga Pulau Kabung, seperti Pulau Lemukutan, Pulau Randayan, dan Pulau Tempurung. Di sore hari, kita bisa menyaksikan indahnya Matahari tenggelam di Laut Cina Selatan.


Kampung Sunyi

Pada malam hari, semua rumah di Pulau Kabung gelap gulita. Satu-satunya cahaya listrik hanya ada di masjid. Sumber listrik berasal dari tenaga listrik kincir angin. Sebuah kabel disalurkan untuk men-charge HP ramai-ramai.

Pada hari-hari biasa, Pulau Kabung tampak sangat sepi. Namun, pada saat musim teri atau saat musim cengkeh tiba, pulau ini akan ramai. Banyak penduduk pulang kampung untuk mengurus bagan dan kebuh cengkehnya.

Saat musim teri dan musim panen cengkeh usai, Pulau Kabung kembali sepi. Sepiii . . . seperti kampung yang sedang berkabung!

Ayo, mencoba Jadi “Raksasa” di Barcelona

Catalunya En Miniatura

Di Torrelles de Llobregat, kira-kira 17 km dari Barcelona, ada sebuah taman mini. Namanya Catalunya En Miniatura atau Taman Mini Catalunya. Catalunya adalah sebuah daerah otonom di Spanyol dengan ibukota Barcelona.

Catalunya En Miniatura adlaah komplek wisata miniatur terbesar di dunia. Perlu waktu 30 menit berkendaraan dari Barcelona untuk sampai di sana.

Tempat wisata ini memiliki koleksi bangunan mini berbentuk gereja, benteng, istana, bukit, dan jembatan tua. Bangunan-bangunan itu adalah miniatur dari bangunan tua dan indah yang ada betulan di wilayah Catalunya.


Raksasa di Negeri Liliput

Jumlah seluruh miniatur adalah 147 buah. Lahannya seluas 60.000 meter persegi. Lahan yang sejuk karena banyak phonnya itu, kira-kira sama luasnya dengan 12 kali lapangan sepak bola.

Miniatur-miniatur itu bentuknya sama persis, lo, dengan aslinya. Tetapi, ukurannya Cuma 1/25-nya. Begitu kecilnya bangunan-bangunan itu, sehingga kita seperti raksasa di negeri liliput.

Pembuat taman ini memakan waktu dua tahun. Pada tahun 1983, Catalunya En Miniatura ini resmi dibuka untuk umum.

Taman Miniatur Catalunya memiliki kereta kecil. Kalau pengunjung sedang malas berjalan berkeliling di sekitar taman, mereka bisa naik kereta ini. Selain itu, di sana juga ada taman bermain untuk anak-anak, kafetaria, dan tempat rekreasi.


Melihat dari Atas.

Berani berjalan di atas jembatan tali tambang seperti yang ada di tempat outbound? DI Catalunya En Miniatura, ada fasilitas itu. Kalau berani, kita bisa melihat seluruh taman dari atas. Pasti, terlihat lebih indah, karena kita melihatnya secara utuh, bukan sepenggal-sepenggal.


Sabtu, 02 Juli 2011

Ekologi Pertemanan ala grup Band Van Halen

Kalimat mengharukan digulirkan Sammy Hagar -mantan vokalis Van Halen yang kini mengibarkan bendera Chickenfoot bersama Joe Satriani, Michael Anthony dan Chad Smith – saat di wawancara Dr Drew di HLN CNN. Ketika disinggung soal Eddie Van Halen, dengan lugas Hagar menjawab: “Keinginan saya,s ebelum kita (Hagar dan Eddie) meninggal, berteman kembali!”

Menghentak. Pun bagi Dr Drew yang kemudian mengungkapkan, bahwa Eddie Van Halen sebal terhadap Hagar. “Saya sungguh tidak tahu permasalahannya. Mungkin ada sedikit kecemburuan. Jika saya dapat kesempatan berkawan dengan Eddie lagi, akan saya lakukan detik ini juga,” tegas Hagar.

Permusuhan dua rocker tersebut bukan rahasia lagi. Hagar merasa dilecehken ketika ‘ditendang’ dari Van Halen (1996). Meski sempat reuni (2003 – 2005), hubungan tidak seharmonis saat mereka sama-sama menjadi ikon hard rock yang melejitkan belasan hits, seperti Dreams, Love Walk In, The Seventh Seal, Can’t Stop Loving you atau Right Now.

Makin ‘panas’ setelah Michael Anthony, basis dahsyat yang menjadi ikon Van Halen disingkirkan. Diganti Wolfgang, anak Eddie Van Halen, yang terhitung masih ‘hijau’. “Mestinya dia (Wolfgang) ngeband dengan remaja seusianya. Kalau di Van Halen, belum saatnya, “ sindir Hagar, kala itu. Bnayak yang kaget saat Hagar mengisyaratkan berdamai dengan mantan sohibnya itu. Meski ada pula yang melecehkan Hagar, yang tidak konsisten bila membicarakan Eddie. Selalu berbeda di setiap wawancara.

Tak ada yang indah selain berteman. Queen pernah melantunkannya: “friends will be friends ‘right ‘till the end.” Meski Rendra – dalam sajaknya – menganggap: “Kawan bisa baik sementara” fungsi teman sangat esensial dalam kehidupan ini.

Manusia tidak bisa hidup sendiri. Terlebih ketika sedang menghirup duka cita. Seorang pelaku seni yang terkapar sakit, menangis mendalam, ketika teman-teman lama menjenguk. Termasuk orang yang dimusuhinya. Saat masih sehat dan lincah, si sakit ini getol mengobrak keburukan musuhnya itu, di hadapan teman-teman. Dalam kondisi tubuh ringkih, di sela sengal napasnya, hanya menyesal yang bisa dilakukan. Orang yang dulu dibenci dan difitnah, kini mendatangi, berempati dan memberi dorongan semangat. Kalimat Rendra pun terbukti: “Ada saat-saat kita tak berdaya bukan oleh duka, tetapi karena harus semata”.

Selain memang dianjurkan agama, berteman adalah molekul yang harus dipunyai setiap jiwa. Berkali, sebuah penyesalan karena tidak berteman (bermusuhan) terucap setelah salah satunya meninggal. Saat tepat bila Hagar ingin memperbaiki hubungan dengan Eddie. Damai itu dibutuhkan. Teman dan tetangga itu penting. Hal tersebut pun terucap pada pemikiran Joachim von Ribbentrop: “Bila ingin hidup tenang, maka tetangga-tetangga harus ditaklukkan lebih dulu” eh salah. Mungkin saja ungkapan ini tidak tepat.

Tentunya yang paling tepat adalah garis pemikiran dari Sigmund Freud, yakni “agiaam kita dapat hidup dalam dunia yang begitu bermusuhan!”

Selasa, 28 Juni 2011

Bledug Kuwu, tempat wisata dengan fenomena gunung api lumpur

Bingung mencari tempat rekreasi yang cocok untuk keluarga Anda, cobalah berkunjung ke Bledug Kuwu barangkali tempat ini bisa dijadikan alternatif tempat liburan.

Bledug Kuwu yang terletak di Desa Kuwu, Kec Kradenan, Purwodadi, Jawa Tengah ini memiliki keunikan tersendiri, dibanding tempat-tempat rekreasi pada umumnya.

Bledug Kuwu adalah sebuah fenomena gunung api lumpur yang mengeluarkan letupan lumpur secara terus menerus. Hampir setiap menit, bunyi letupan tersebut menyerupai bunyi meriam yang berasal dari dalam bumi. Uniknya lagi letupan lumpur tersebut mengandung garam yang banyak ditambak oleh warga sekitarnya.



Jika ingin menikmati pesona keindahan alam ini, Anda bisa menempuh jalan darat, dari Yogya-Solo-Purwodadi kemudian mengambil arah menuju Wirosari Blora. Di sekitar lokasi juga tedapat berbagai fasilitas, seperti rumah makan, rumah penginapan, dan tentu saja warung yang menjual garam buatan penduduk Desa Kuwu yang sudah terkenal rasanya yang asin namun gurih.

Cukup merogoh kocek Rp. 2.000, Anda sudah bisa menikmati keindahan wisata alam Bledug Kuwu yang memiliki luas wilayah sekitar 45 hektare ini. “Dari total 45 hektare, setegahnya merupakan tempat-tempat sebaran letupan, karena letupan-letupan kecil tempatnya berpindah-pindah. Makanya pengunjung harus berhati-hati saat menginjakkan kaki di sini. Karena kalau salah bisa terperosok ke bekas lubang letusan,” terang Sugito, salah satu guide di Bledug Kuwu.

Lebih lanjut pria asli desa Kuwu ini menjelaskan, nama Bledug Kuwu berarti ledakan yang berhamburan, jika diambil dari bahasa Jawa, yaitu bledug yang berarti ledakan, dan kuwu yang berarti berhamburan.

“Tempat ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Kuno. Masyarakat di sini percaya kalau lubang yang ada di Bledug Kuwu merupakan jalan pulang Joko Linglung menuju kerajaan Medang Kamulansetelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular nagara yang meruapkan syarat agar dia diakui sebagai anaknya,” jelasnya.

Sugito menambahkan, Bledug Kuwu mempunyai keistimewaan karena memiliki jenis tanah Alvuial Plain atau tanah endapan, sehingga terasa empuk sat diinjak dan juga tumbuhnya rumput yang biasa tumbuh di pinggir laut, membuat tempat ini dipercaya meruapkan terusan dari Laut Selatan.

“Lumpur di Bledug Kuwu ini tidak panasnamun susah dihilangkan. Makanya harus ekstra hati-hati kalau melangkah di daerah letupan. Berkas lumpur ini tak bisa hilang meski di cuci dengan air. Hilangnya harus memakai rumput,” ujarnya.

Jika hari biasa, tempat ini memang bisa dikatakan sepi pengunjung. Pengunjung biasanya datang ke Bledug Kuwu saat akhir pekan atau hari libur nasional. “Kalau hari biasa, pengjungnya paling ndak sampai 100 orang, tapi kalau hari libur pada akhir pekan bisa dua kali lipat. Rata-rata pengunjung ke sini menikmati keunikan tempatnya sembari mencari garamnya, “ kata Tri Parsito (48), petugas loket Bleduk Kuwu.

Saat berkunjung ke Bledug Kuwu, sebaiknya membawa payung karena lokasinya merupakan wilayah yang gersang dan tak ditumbuhi pepohonan satu pun, sehingga terik matahari akan sangat terasa membakar ubuh jika berkunjung di siang hari.

“Sebenarnya tempatnya enak buat rekreasi keluarga, Cuma panasnya ndak tahan kalau siang. Apalagi kalau ndak bawa payung. Harga makanan dan oleh-oleh di sini juga hitungannya murah, Cuma akses jalan menuju sini agak rusak, sehignga harus segera diperbaiki,” kata Nur Laely (35), pengunjung asal Kudus.