Nomor undian pertama yang berada dalam genggamannya, tak membuat Aldi menjadi grogi. Sudah lama ia mempersiapkan diri. Kelir yang terbentang seperti siap menjadi saksi perjalanannya menjadi seorang dalang. Pun deretan wayang tersusun rapi di atas gedebog.
Ia semakin bersemangat ketika dua sinden cantik mulai mengalunkan sebuah tembang. Apalagi ketika para pengrawit mulai turut meramaikan suasana dengan suara gamelan. Dengan durasi pertunjukan 40 menit, Aldi memilih lakon Jabang Tutuko dalam gaya pakeliran Yogyakarta. Lakon ini berkisah tentang kelahiran Gatot Kaca. Cempala sudah berada di kakinya dan ia siap memukulkannya ke kotak wayang yang berada tak jauh dari sisinya. Goro-goro penghangat suasana, tak lupa disisipkannya. Pun, sabetan ala Aldi sudah dipersiapkannya dengan matang. Ia ingin penonton tak jenuh dalam menyimak penampilannya.
Belajar menjadi seorang dalang andal memang tidak mudah. Banyak hal yang harus dipelajari oleh Aldi, mulai dari geguritan, macapat, gending dan cengkok. Aldi juga harus paham benar dengan cerita atau lakon yang akan dimainkan. Toh demikian, yang terpenting dan utama dari semua itu, menurut Aldi, tetapi satu, Yaitu, dukungan dari orang tua serta lingkungan yang mengalir tanpa jeda!
“Kesenian wayang sama hal dengan olahraga. Ketika saya memainkannya, semua anggota badan sesungguhnya sudah bergera, mulai dari mulut, tangan dan kaki. Mendalang juga bisa digunakan untuk melatih konsentrasi sehingga otak kanan dan kiri bisa bekerja dengan seimbang,” papar si putra sulung ini.
Retono punya harapan besar terhadap seni pendalangan. Ia ingin seni ini bisa merambah ke dunia anak-anak agar kelak wayang bisa tetap bertahan di tengah gempuran perkembangan zaman.
“Peminat wayang sudah semakin berkurang, tak terkecuali generasi muda. Mereka yang mau mendalami seni pedalangan sebenarnya merupakan anak-anak pilihan. Di pundak mereka kita titipkan masa depan wayang Indonesia,” katanya.
Aldi menjadi satu contoh dari sekian banyak anak Indoensia yang secara aktif melibatkan diri dalam pelestarian budaya. Ia sudah memututskan menjadi pelaku seni. Wayang dan seni pendalangan akhirnya seperti mendarang daging dalam dirinya. Kini, Aldi punya satu mimpi, kelak ia ingin seeprti Ki Timbul Hadiprayitno, dalam kondang idolanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar