Sabtu, 28 Januari 2012

PENGANGGURAN DAN IMPLIKASINYA

BAB I
PENDAHULUAN

a    Latar Belakang
Lebih dari 30 tahun lalu, Mahbub Ul-Haq, seorang ekonom kenamaan dari India,mengingatkan pentingnya fokus pada ketenagakerjaan pada setiap persoalan.
Ketenagakerjaan menyangkut banyak aspek yang tidak melulu ekonomi, tetapi juga sosial, politik, dan kebahagiaan individu secara umum. Peringatan Mahbub ini kembali bergaung saat ini ketika krisis mendera di banyak negara, termasuk Indonesia. Krisis ekonomi yang berdampak rata pada hampir semua sektor mengharuskan pengambil kebijakan untuk memilih prioritas kebijakan mengingat terbatasnya sumber daya. Prioritas yang tepat bagi Mahbub, yang juga saya amini, adalah pengatasan masalah pengangguran.
Dari literatur empiris, dampak krisis pada pengangguran di negara berkembang biasanya tidak separah seperti di negara maju di mana terdapat berbagai asuransi sosial dan perlindungan pekerja. Sebaliknya, kejatuhan nilai output akibat krisis cenderung lebih dalam di negara berkembang ketimbang negara maju.
Kejatuhan nilai output lebih dari 13% pada krisis 1997/1998 di Indonesia, misalnya, hanya diiringi kenaikan tingkat pengangguran terbuka sekitar 0,5%. Dengan kata lain, hukum Okun (Arthur Okun, 1962) yang menyatakan bahwa setiap
peningkatan pengangguran akan diiringi oleh penurunan tingkat output berlipat ganda lebih menemukan aplikasinya di negara berkembang ketimbang negara maju.

 Dari krisis 1997/1998, ada beberapa alasan untuk hal ini. Pertama, adanya fenomena labour hoarding di mana pengusaha cenderung menahan pekerja yang dimiliki meski ada kejatuhan permintaan. Rasio produktivitas akan menurun yang membuat output tertekan,sementara jumlah pekerja konstan.Satu hal yang disebabkan sulitnya mencari pekerja dengan skill dan keterampilan spesifik (Manning,2000).
Kedua,negara berkembang seperti Indonesia memiliki katup pengaman berupa sektor informal yang lebih luas ketimbang negara maju. Apa yang terobservasi sekadar perpindahan pekerja dari sektor formal ke sektor informal, bukannya peningkatan angka pengangguran.
Ketiga,pendapatan relatif pekerja di negara berkembang jauh lebih rendah ketimbang pekerja di negara maju.Pekerja di negara berkembang juga biasanya tidak memiliki banyak tabungan sehingga tidak bekerja bukanlah satu pilihan untuk
mempertahankan keberlangsungan hidup.
Keempat, terkait dengan hal teknis statistik, pekerja yang terkena PHK akan berhenti mencari kerja dan memilih untuk melakukan hal lain seperti kembali bersekolah atau sekadar mengurus rumah tangga. Dengan kata lain, mereka berhenti menjadi angkatan kerja dan tidak terhitung secara statistic sebagai pengangguran.
Akan tetapi, kecenderungan ini agaknya tidak akan berlanjut. Berbagai estimasi,termasuk dari ILO dan INDEF, menunjukkan akan terdapat peningkatan jumlah penganggur antara 650.000 sampai dengan 1 juta orang pada 2009. Ini belum termasuk tambahan jumlah penganggur dari pekerja Indonesia di luar negeri yang menurut estimasi Migrant Care berkisar 500.000 sampai dengan 1 juta orang.
 Dengan kata lain, merujuk pada angka angkatan kerja pada 2008, akan terdapat peningkatan angka pengangguran antara 1–2% pada 2009. Data-data awal juga mengindikasikan keseriusan persoalan yang ada. Badan Litbang Depnakertrans, misalnya, menunjukkan sudah terdapat sekitar 90.000 orang yang akan atau sudah terkena PHK hingga akhir Januari 2009 pada sector formal. Ledakan pengangguran pada sektor formal dipastikan akan berdampak pada sektor informal serta mengikis pendapatan riil pekerja.
Mereka yang diberhentikan pada sektor formal akan pindah bekerja pada sektor informal dan mengakibatkan penurunan produktivitas yang menekan tingkat upah. Kondisi ini akan mengamplifikasi gejala informalisasi pasar kerja yang sudah terjadi selama lima tahun terakhir. Pada saat ini, sekitar dua pertiga dari pekerja bekerja di sektor informal yang umumnya minim perlindungan dan memiliki produktivitas rendah.
Melemahnya permintaan akibat krisis global akan meningkatkan rasio pekerja informal. Informalisasi pasar kerja juga akan mempertimpang distribusi pendapatan domestik. Padahal, angka ketimpangan yang diukur oleh koefisien Gini sesungguhnya sudah memprihatinkan karena tertinggi selama hampir 30 tahun terakhir.
Untuk mengatasi dampak krisis global kali ini diperlukan dua strategi sekaligus. Dalam jangka pendek, satu strategi diperlukan untuk membantu yang mereka terkena atau bakal terkena PHK di sektor formal.Implementasi dari strategi ini bisa dilakukan dengan memperluas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) atau Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang saat ini hanya diperuntukkan bagi masyarakat miskin dan hampir miskin. PNPM, misalnya, menyediakan latihan kerja bagi para penganggur untuk memperoleh keterampilan/skill baru yang memfasilitasi transisi mereka yang terkena PHK pindah bekerja ke sektor lain.
Demikian pula,program food for work atau cash for work harus juga menyentuh mereka yang terkena PHK. Pada saat sama, KUR bisa digunakan sebagai modal mereka yang terkena PHK untuk memulai usaha kecil. Perluasan PNPM dan KUR dalam jangka pendek selain meringankan beban masyarakat kecil, juga akan menopang daya beli dan konsumsi nasional sehingga tingkat pertumbuhan nasional domestik juga akan turut tertopang. Pada saat sama, strategi lain yang lebih bersifat jangka menengah dan panjang diperlukan untuk membenahi sektor ketenagakerjaan formal. Pekerjaan rumah yang lama terbengkelai adalah peninjauan ulang berbagai peraturan yang melingkupi pasar kerja. Berbagai kekakuan pasar kerja dan birokrasi penetapan upah yang bersumber dari berbagai peraturan ini harus disederhanakan.
Hal lain yang bersifat jangka panjang adalah pemberantasan ekonomi biaya tinggi yang masih merupakan hantu penanaman modal yang membatasi ruang berkembang bagi sektor formal ketenagakerjaan dalam negeri. (Mahbub Ul-Hag,1970)





b    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan pengangguran?
2.    Apa yang menyebabkan pengangguran menurut jenis- jenisnya?
3.    Apa saja dampak dari pengangguran?
4.    Alternatif solusi apa yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pengangguran?
c    Tujuan Pembahasan
1.    Untuk mengetahui tentang pengertian dari pengangguran.
2.    Untuk mengetahui jenis-jenis pengangguran dari faktor penyebabnya.
3.    Untuk mengetahui dampak dari pengangguran.
4.    mengetahui solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah pengangguran.

























BAB II
PEMBAHASAN

1.    Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama. Pengangguran juga dapat diartikan sebagai  orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Menurut (Sukirno: 14) “pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.”
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah  angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Pengangguran pada suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja dengan penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya. Yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perkonomian pada suatu waktu tertentu. Untuk menentukan angkatan kerja diperlukan dua informasi, yaitu (1) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun, dan (2) jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dan tidak ingin bekerja.

2.    Sebab Pengangguran Menurut Jenis-jenisnya.

a    Pengangguran Konjungtur
Pengangguran konjungtur atau dalam bahasa inggrisnya dinamakan cliclikal unemployment adalah pengangguran yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan harus mengurangi produksinya. Dalam melakukan hal itu berarti jam kerja dikurangi, sebagaian mesin tidak digunakan lagi dan sebagian tenaga kerja diberhentikan.dengan demikian kemunduran  ekonomi akan menaikkan jumlah dan tingkat pengangguran. (Sukirno, 1994: 294)
Tenaga kerja akan terus bertambah sebagai akibat dari kemasukan tenaga kerja baru yang diakibatkan oleh pertambahan penduduk. Apalagi kemunduran ekonomi terus berlangsung, atau kegiatan perekonomian mulai berkembang tetapi perkembangan tersebut sangat lambat dan tidak dapat menyerap pertambahan tenaga kerja, pengangguran konjungtur akan bertambah serius. Ini  berarti untuk mengatasi pengangguran  konjungtur  bukan saja kebijakan ekonomi perlu untuk mengatasi masalah pengangguran yang diakibatkan oleh kemunduran ekonomi, tetapi harus pula berusaha untuk menyediakan kesempatan kerja untuk tenaga kerja yang baru memasuki pasaran tenaga kerja. Pengangguran konjungtur hanya dapat dikurangi atau diatasi masalahnya apabila pertumbuhan ekonomi yang berlaku setelah kemunduran ekonomi adalah cukup teguh dan  dapat menyediakan  kesempatan kerja baru yang lebih besar dari pertambahan tenaga kerja yang berlaku. (Sukirno, 1994: 295)

b    Pengangguran Struktural
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi selalu diikuti oleh perubahan stuktur dan corak kegiatan ekonomi. Perkembangan perekonomian dalam jangka panjang, misalnya, akan meningkatkan peranan sektor industri pengolahan dan mengurangi kegiatan pertambangan dan pertanian. Juga industri-industri rumah tangga dan industri kecil-kecilan akan mengalami kemunduran dan digantikan oleh kegiatan industri yang menghasilkan barang yang sama tetapi menggunakan peralatan yang lebih canggih. Perubahan struktur dan kegiatan ekonomi sebagai akibat perkembangan ekonomi dapat menimbulkan masalah pengangguran yang dinamakan pangangguran konjungtur. (Sukirno, 1994: 295)
Ada dua kemungkinan yang menyebabkan pengangguran struktural: (i) sebagai akibat dari kemerosatan permintaan, atau (ii) sebagai akibat dari semakin canggihnya teknik memproduksi. Faktor yang kedua memungkinkan sesuatu perusahaan  menaikkan produksi dan pada waktu yang sama mengurangi pekerja. Pengangguran yang diakibatkan oleh kemajuan teknik memproduksi dinamakan pengangguran teknologi.
Salah satu contoh dari pengangguran struktural yang diakibatkan  oleh kemerosotan permintaan adalah pengangguran yang berlaku dikalangan  tukang jahit dan tukang sepatu tradisional sebagai akibat dari perkembangan industri garmen dan sepatu modern. Para konsumen lebih suka membila baju dan sepatu yang siap pakai, dan tidak lagi memesan ke tukang jahit dan tukang sepatu. Mereka menghadapi masalah kekurangan permintaan dan lebih banyak menganggur daripada bekerja.
Contoh pengangguran yang diakibatkan penggunaan mesin yang lebih canggih, atau pengangguran teknologi, antara lain dapat dilihat di sektor pembangunan jalan raya. Mesin-mesin berat dapat digunakan untuk menyorong dan meratakan tanah, menggali parit, dan membersihkan kawasan. Penggunaan mesin-mesin berat ini akan mengurangi tenaga manusia yang diperlukan dalam pembangunan jalan-jalan raya. Untuk menghindari pengangguran seperti ini, di Indonesia penggunaan mesin-mesin berat untuk membangun jalan raya agak dibatasi. Akan tetapi di Malaysia, yang menghadapi masalah kekurangan buruh yang serius, lebih banyak mesin-mesin berat digunakan untuk menggantikan tenaga manusia.

c    Pengangguran Normal
Apabila dalam periode tertentu perekonomian terus menerus mengalami perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan menjadi semakin rendah. Pada akhirnya perekonomian dapat mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu apabila pengangguran tidak melebihi dari 4 persen. Pengangguran yang berlaku dinamakan pengangguran normal. (Sukirno, 1994: 296)
Pengangguran normal bukanlah wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan mendapat pekerjaan. Ia berlaku sebagai akibat dari keinginan untuk kerja yang lebih baik. Apabila perekonomian mencapai masa kemakmuran dan tingkat pengangguran sangat rendah, para pengusaha akan menghadapi kesulitan untuk memperoleh pekerjaan baru untuk lebih meningkatkan lagi kegiatan memproduksi. Keadaan seperti ini akan menimbulkan beberapa perubahan dalam pasar tenaga buruh. Salah satu keadaan yang akan timbul adalah: para pekerja di kegiatan-kegiatan yang yang cepat berkembang akan menuntut kenaikan gaji. Disamping itu akan didapati pula keadaan dimana segolongan tenaga kerja – buruh kasar maupun tangaga ahli dan tenaga profesional – akan meninggalkan kerjanya yang lama dam mencari pekerjaan yang baru yang lebih baik masa depannya dan memberikan pendapatan yang lebih tinggi. Di dalam proses mencari kerja yang ebih baik tersebut adakalanya mereka harus menganggur. Akan tetapi pengangguran ini tidak serius karena bersifat sementara.

d    Pengangguran Tersembunyi
Apabila dalam suatu kegiatan perekonomian jumlah tenaga kerja sangat berlebihan pengangguran tersembunyi atau pengangguran tak ketara dapat berlaku. Sebagai akibat dari kelebihan tenaga kerja tersebut, sebagian tenaga kerja tersebut dapat dipindahkan ke kegiatan ekonomi yang lain tanpa mengurangi tingkat produksi di kegiatan yang pertama. Kelebihan tenaga kerja dan pengangguran tersembunyi di sektor pertanian banyak berlaku di negara-negara berkembang. Jumlah penduduk yang terlalu besar, dan diikuti pula oleh perkembangan penduduk yang sudah sangat cepat, menyebabkan rasio (perbandingan) diantara kesempatan kerja dengan tenaga kerja di negara-negara tersebut tidak sebanding. Kesulitan untuk mencari kerja di sektor lain menyebabkan tenaga kerja yang bertambah dari tahun ke tahun tetap tinggal di sektor pertanian yang sudah sangat padat penduduknya. Tenaga kerja yang bertambah tersebut tidak dapat menimbulkan pertambahan yang berarti kepada tingkat produksi di sektor pertanian. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja yang berada di sektor pertanian adalah tidak produktif dan dapat dipindahkan ke sektor lain tanpa mengurangi produksi di sektor pertanian.

e    Pengangguran Musiman
Bentuk pengangguran lain yang sering kali wujud di sektor pertanian di negara-negara berkembang adalah pengangguran musiman. Yang dimaksud dengan pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu di dalam satu tahun. Biasanya pengangguran seperti ini berlaku pada waktu-waktu di mana kegiatan bercocok tanam sedang kesibukannya. Waktu diantara menuai dan masa menanam berikutnya, dan periode di antara sesudah menanam bibit dan masa mengutip hasilnya, adalah masa yang kurang sibuk dalam kegiatan pertanian. Di dalam periode tersebut banyak diantara para petani dan tenaga kerja di sektor pertanian tidak melakukan suatu pekerjaan. Berarti mereka sedang dalam keadaan menganggur. Tetapi pengangguran ini adalah untuk sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu. Oleh sebab itu dinamakan pengangguran musiman.

f    Setengah Menganggur
Kelebihan penduduk di negara-negara berkembang, yang disertai oleh pertambahan penduduknya yang cepat dari tahun ke tahun, telah menimbulkan percepatan dalam proses urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota). Salah satu tujuan utama dari migrasi tersebut adalah untuk mencari pekerjaan di kota-kota. Tetapi  migrasi itu jauh lebih cepat dari kemampuan kota-kota negara berkembang untuk menyediakan pekerjaan-pekerjaan baru. Sebagai akibatnya, tidak semua orang yang berhijrah ke kota-kota dapat memperoleh pekeraan. Banyak diantara mereka harus menganggur dalam waktu yang lama. Disamping itu ada pula yang dapat pekerjaan, tetapi jam kerjanya setiap hari/minggu adalah jauh lebih rendah dari jumlah jam kerja yang seharusnya dilakukan seseorang daam masa tersebut (7 jam sehari atau 40 jam seminggu). Tenaga kerja yang bekerja dalam jumlah jam kerja yang terbatas tidak bisa dianggap sebagai sepenuhnya bekerja. Oleh sebab itu mereka digolongkan sebagai setengah menganggur atau  under employmen. Masalah pengangguran ini banyak dijumpai di sektor informal. (Sukirno, 1994: 300)
g    Pengangguran Sukarela dan Taksukarela
Telah diterangkan bahwa tidak semua penduduk yang berada di dalam lingkungan umur bekerja tergolong sebagai angkatan kerja. Mahasiswa dan pelajar dan ibu-ibu rumah tangga tidak digolongkan dalam angkatan kerja walaupun berdasarkan umur, mereka dapat digolongkan sebagai angkatan kerja. Golongan penduduk ini dinamakan pengangguran sukarela. Dalam teory ekonomi pengangguran sukarela dapat didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja yang tidak mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu. Apabila pada suatu tingkat upah tertentu tenaga kerja secara aktif mencari kerja, tetapi mereka tidak dapat memperoleh kerja, tetapi kerja ini digolongkan sebagai pengangguran taksukarela (involontary unemployment) atau pengangguran terpaksa. Perbedaan diantara pengangguran sukarela dan taksukarela dapat dengan jelas dipahami apabila ke dua-duanya ditunjukkan dalan suatu grfik.



Dalam gambar ini kurva DL menggambarkan permintaan keatas tenaga kerja, sedangkan SL menggambarkan penawaran tenaga kerja. Kurva DL yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah menggambarkan bahwa apabila tungkat upah tinggi, permintaan tenaga kerja sedikit; dan semakin rendah tingkat upah, semakin banyak permintaan tenaga kerja. Kurva SL yang menarik dari kanan bawah kekiri atas menggambarkan bahwa semakin tinggi upah, semakin banyak tenaga kerja yang ditawarkan. Garis tegak N menggambarkan jumlah penduduk yang tergolong kepada penduduk dalamm usia kerja (working-age population), yaitu penduduk yang usia lebih dari 15 tahun tetapi kurang dari 65 tahun.
Apabila tingkat upah fleksibel, mekanime pasar di pasaran tenaga kerja akan menyebabkan keseimbangan diantara permintaan dan penawaran, yaitu seperti yang digambarkan oleh titik E. dengan demikian mekanisme pasar di pasaran tenaga kerja akan menyebabkan tingkat upah mencapai WO dan jumlah tenaga kerja yang dikerjakan mencapai sebanyak LO. Perbedaan diantara N dengan LO dinamakan pengangguran sukarela. Dalam keseimbangan ini tidak terdapat pengangguran taksukarela.
Ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat pasaran tenaga kerja adalah pasaran persaingan sempurna. Dalam pasaran seperti ini tingkat upah ditentukan oleh keadaan permeintaan dan penawaran tenaga kerja. Upah akan ditentukan oleh keseimbangan diantara permintaan dan penawaran. Dengan demikian, berdasarkan pada gambar di atas tingkat upah adalah WO dan sebanyak LO tenaga kerja akan digunakan dalam perekonomian. Dalam perekonomian hanya terdapat pengangguran sukarela, pengangguran taksukarela tidak terwujud. Dengan perkataan lain berdasarkan kepada keyakinaan bahwa pasaran tenaga kerja adalah pasaran peraingan sempurna, ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu wujud dalam erekonomian. (Sukirno, 1994: 302)
Keynes berpendapat bahwa pasaran tenaga kerja bukanlah persaingan sempurna. Dalam perekonomian yang modern, serikat-serikat buruh sangat besar peranannya dalam menentukan tingkat upah. Misalkan interaksi diantara serikat buruh dan majikan menentukan tingkat upah dalam perekonomian pada W. Pada tingkat upah ini para majikan hanya menggunakan L1 tenaga kerja. Pada tingkat upah ini sebanyak L2 menawarkan dirinya untuk dipekerjakan. Dengan demikan L1 L2 tenaga kerja menawarka diri untuk bekerja, tetapi mereka tidak mendapatkan lowongan kerja. Golongan tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan ini (L1 L2) dinamakan pengangguran taksukarela. Pengangguran sukarela pada tingkat upah sebanyak W adalah L2N. (Sukirno, 1994: 302)


3.    Dampak dari Pengangguran
a    Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak memasimumkan tingkat kemakmuran yang mungkin dicapainya. Pengangguran menyebabkan pendapatan nasional yang sebenarnya dicapai adalah lebih rendah dari pendapatan nasional potensial. Keadaan ini berarti tingkat kemakmuran masyarakat yang dicapai adalah lebih rendah dari tingkat yang mungkin dicapinya.
b    Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang. Pengangguran diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi yang rendah, dan dalam kegiatan ekonomi yang rendah pendapatan pajak pemerintah semakin sedikit. Dengan demikian pengangguran yang tinggi mengurangi kemampuan pemerintah menjalankan kegiatan pembangunan.
c    Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran menimbulkan dua akibat buruk kepada sektor swasta. Yang pertama, pengangguran tenaga buruh diikuti pula dengan kelebihan kapasitas mesin-mesin perusahaan. Keadaan ini tidak menggalakkan mereka melakukan investasi di masa datang. Kedua, pengangguran yang diakibatkan kelesuan kegitan perusahaan menyebabkan keuntungan berkurang. Keuntungan yang rendah mengurangi keinginan untuk melakukan investasi. Kedua-dua hal tersebut tidak menggalakkan perekonomian di masa depan.
d    Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan bagi masyarakat. Di negara-negara maju para penganggur memperoleh tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran, oleh sebab itu mereka masih mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupannya dan keluarganya. Mereka tidak perlu bergantung kepada  tabungan mereka atau bantuan orang lain. Di negara-negara berkembang tidak terdapat progam asuransi pengangguran. Maka kehidupan pengangguran harus dibiayai oleh tabungan masa lalu atau bantuan keluarga dan kawan-kawan. Keadaan ini bisa mengakibatkan pertengkaran dan kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
e    Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan ketrampilan. Ketrampilan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat dipertahanlan apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek. Pengangguran dalam periode yang lama akan menyebabkan tingkat ketrampilan pekerja menjadi semakin merosot.
f    Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah. Golongan yang memerintah semakin tidak populer di mata masyarakat. Berbagai tuntutan dan kritik akan dilontarkan kepada pemerintah dan adakalanya ia disertai oleh demonstrasi dan huru hara. Kegiatan-kegiatan bersifat kriminal (pencurian dan perampokan) akan meningkat.

4.    Solusi Untuk Mengatasi Pengangguran
a    Mengadakan pelatihan kerja di balai latihan kerja (BLK).
Kita tahu bahwa untuk mendukung perkembangan investasi di bidang industri diperlukan tenaga kerja yang kompeten dibidangnya agar produktifitas perusahaan menjadi meningkat. Namun demikian terkadang perusahaan dihadapkan pada ketimpangan antara skill yang dimiliki oleh karyawan dengan skill yang dibutuhkan oleh perusahaan. selain itu, penggunaan teknologi juga memungkinkan terjadinya efisiensi penggunaan tenaga kerja karena tenaga manusia digantikan dengan mesin. dampaknya terjadi out shourching, sehingga terjadi pengangguran yang sangat besar. Dikatakan pengangguran yang terjadi sangat besar karena pengangguran selain karena adanya program out shourching juga karena adanya lulusan baru dari tiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat SD sampat perguruan tinggi.
Dari sekitar 10,6 juta orang penganggur, 31,75 persen diantaranya berpendidikan sampai dengan tamat sekolah dasar (SD), kemudian 26,75 persen tamat sekolah lanjutan pertama (SLTP), 36,44 persen tamat sekolah lanjutan atas (SLA), 2,68 persen tamat Diploma, dan 3,38 persen tamat sarjana.
Dari data tersebut diketahui bahwa mayoritas tenaga kerja Indonesia berpendidikan SD, maka untuk meningkatkan produktivitas perlu diupayakan peningkatan kompetensinya melalui pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja (BLK) yang ada, oleh karena itu revitalisasi BLK di seluruh Indonesia perlu dilakukan.
Timbulnya masalah baru di bidang ketenagakerjaan di era global sangat mungkin terjadi. Untuk itu diperlukan strategi pembinaan ketenagakerjaan menyangkut upaya peningkatan penempatan dan perlindungan tenaga kerja, yang sudah disusun untuk mengatasi berbagai permasalahan ketenagakerjaan yang ada serta dalam rangka mengantisipasi berbagai hal kemungkinan terburuk yang terjadi .
alternatif penyelesaian masalah pengangguran diatas selain pelatihan keterampilan di BLK adalah dengan memberikan ruang gerak yang lebih kepada sektor non-publik untuk ikut berpartisipasi aktif dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat secara proporsional, dengan memberikan program padat karya, bantuan pendirian UKM/UMKM.
Aplikasinya sebaiknya pemerintah bekerjasama dengan pihak Bank untuk memberikan kredit lunak kepada sektor UKM/UMKM. Dengan cara kredit lunak bagi sektor UMKM. dengan demikian agkatan kerja selain terserap pada sektor formal, juga terserap pada sektor  UKM/UMKM sehigga diharapkan angka pengangguran di indonesia akan terus berkurang.

b    Solusi untuk mengatasi pengangguran structural.
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1.    Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
2.    Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan.
3.    Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
4.    Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
c    Solusi untuk  mengatasi pengangguran friksional.
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sbb:
1.    Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
2.    Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
3.    Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home industry
4.    Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector formal lainnya.
5.    Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.

d    Solusi untuk mengatasi pengangguran musiman.
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1.    Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
2.    Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.

e    Solusi untuk  mengatasi pengangguran siklus.
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1.    Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2.    Meningkatkan daya beli masyarakat.







BAB III
KESIMPULAN

Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Pengangguran juga dapat diartikan sebagai  orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Adapun sebab orang masih menganggur secara umum yaitu:
1    Melamar pekerjaan yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan diri. Tanpa pengalaman yang cukup maka seseorang akan sulit untuk mendapat pekerjaan yang dilamar. Terkadang memiliki ijasah dengan nilai bagus pun tidak membantu jika berasal dari sekolah/kampus yang tidak ternama.
2    Terlalu menuntut gaji yang besar ketika melamar kerja sehingga bisa memberatkan perusahaan. Mintalah gaji yang standar sesuai dengan kebutuhan hidup jika masih pemula / fresh graduate, kecuali memiliki keahlian yang langka/jarang dipunyai orang lain atau pengalaman jam terbang yang tinggi.
3    Melamar pada perusahaan yang tidak membuka lowongan kerja sehingga lamaran yang masuk akan ditampung atau langsung dibuang ke tempat sampah
4    Melamar kerja dengan format lamaran dan lampiran yang tidak tepat akan mempersulit pelamar untuk maju ke babak tahapan selanjutnya.
5    Tidak mau kerja di perusahaan yang tidak terkenal dan perusahaan yang memberikan gaji tunjangan kecil (gengsi tinggi).
6    Pencari kerja malas untuk melamar kerja dan lebih suka santai-santai di rumah menikmati hidup. Mungkin orang semacam ini punya sumber pemasukan dari berbagai sumber pasif. Orang yang memiliki penyakit atau cacat tubuh biasanya minder dan merasa rendah diri dari orang normal. Padahal belum tentu begitu jika kita punya suatu kemampuan atau bakat yang jarang dipunyai orang lain.
7    Kondisi ekonomi yang sedang jatuh dapat membuat permintaan akan tenaga kerja tidak sebanding dengan penawaran tenaga kerja sehingga menyebabkan banyak phk dan lowongan kerja baru yang langka. Usaha kecil dan menengah (ukm) sangat penting untuk dikembangkan dengan semangat wirausaha yang tinggi. Untuk itu diperlukan peran serta pemerintah dan masyarakat untuk menumbuhkembangkan ukm-ukm yang ada secara profesional.
8    Sulit menemukan motivasi untuk menciptakan lapangan kerja sendiri, karena takut bersaing dengan perusahaan lain dan juga takut akan mengalami kegagalan.
Dampak dari pengangguran tersebut antara lain sebagai berikut:
a    Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak memasimumkan tingkat kemakmuran yang mungkin dicapainya.
b    Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang. Pengangguran diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi yang rendah, dan dalam kegiatan ekonomi yang rendah pendapatan pajak pemerintah semakin sedikit.
c    Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran menimbulkan dua akibat buruk kepada sektor swasta.
d    Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan bagi masyarakat.
e    Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan ketrampilan.
f    Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah pengangguran ini, pemerintah mengupayakan cara-cara untuk mengatasi masalah pengangguran ini antara lain:
    Mendirikan lapangan kerja yang menyerap banyak tenaga kerja.
    Memberikan pelatihan khusus kepada calon tenaga kerja
    Mencari kerja sambilan bagi pengagguran musiman
    Memajukan pendidikan.





DAFTAR RUJUKAN

Universitas Negeri Malang. 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,     Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Edisi Keempat Cetakan Kedua. Malang: Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Sistem Informasi bekerja sama dengan Penerbit Universitas  Negeri  Malang.
Sukirno Sadono. 1994. Pengantar Teory Ekonomi Makro. Edisi kedua. Bali: Ramayana Seaside Cottages.
Winardi. 1989. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi pertama. Bandung: Tarsio.
Marius. 2004. http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/jelamu.pdf (online), (diakses pada tanggal 1 mei 2010)
Wardono. 2005. http:// Pengertian Pengangguran Dan Jenis/Macam Pengangguran : Friksional, Struktural, Musiman & Siklikal.html (online), (diakses pada tanggal 1 mei 2010)
Sulistianingsih. 2006. http:// Alternatif Untuk Mengatasi Pengangguran.html (online), (diakses pada tanggal 1 mei 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar