Senin, 21 Februari 2011

Kodrat Manusia : LAHIR - HIDUP - MATI

Lahir, Hidup dan Mati – merupakan kodrat alami manusia yang tiada dapat ditolak ataupun dihindari. Kita tidak akan pernah dapat memilih untuk dilahirkan dimana, kapan, bagaimana dan oleh siapa. Kita tidak akan pernah dapat memilih anak kita, sebagaimana kita juga tidak akan pernah dapat memilih orang tua kita. Semua terjadi begitu saja. Sejak keyakinan tentang adanya manusia pertama di bumi, yang dijelaskan oleh beberapa agama di dunia, secara turun temurun, dari generasi ke generasi, merupakan jawaban standar seorang ibu kepada anaknya yang bertanya :

”Mama, bagaimana kita bisa ada di dunia ?”

Umat Budha meyakini bahwa manusia terdiri dari tubuh dan jiwa yang akan selalu mengalami reinkarnasi, atau terlahir kembali, ditandai dengan proses masuknya jiwa ke dalam tubuh sebagai kelahiran, dan terlepasnya jiwa dari tubuh sebagai kematian.

Ven. Thubten Gyatso memaparkan bahwa umat Budha mengenal 5 tahap kematian yang menandai proses terlepasnya jiwa dari tubuh manusia, sebagai berikut :
1. Melemahnya fisik dan kemampuan indrawi
2. Lenyapnya intensitas rasa senang dan sakit
3. Hilangnya kemampuan mengenali dan membedakan
4. Hilangnya fungsi kesadaran yang meninggalkan tubuh
5. Segala kegiatan berpikir benar-benar lenyap

Dan kemudian roda kehidupan telah berputar sebanyak satu putaran, sampai saatnya untuk berputar kembali dengan cara lahir kembali.

Umat Islam meyakini bahwa ketika bayi dalam kandungan berusia kira-kira 4 bulan, Tuhan meniupkan roh yang membuat bayi itu bernyawa dan siap lahir ke dunia setelah semua organ fisiknya sempurna.

Umat Kristiani meyakini bahwa roh ditiupkan oleh Tuhan kepada manusia, tepat ketika terjadi konsepsi antara sel sperma dan sel telur dalam rahim perempuan.

Manusia boleh memiliki keyakinan yang berbeda-beda, namun mau tidak mau, semua orang harus sepakat, bahwa ada kekuatan di luar kekuatan manusia yang mampu membuat semua ini terjadi. Ada kekuatan yang Maha Dasyat dan Maha Agung yang mampu menentukan apakah sang bayi akan tetap dapat dilahirkan cukup bulan atau kurang bulan, lahir normal atau dengan bantuan, tumbuh besar atau tak sempat menikmati usia panjang, dan seterusnya. Hanya kekuatan yang Maha Berkehendak, yang mampu menentukan semua garis LAHIR, HIDUP dan MATI nya manusia.

Lalu mengapa sebagian dari kita, ketika sudah diberikan ’Hidup’ oleh Tuhan Yang Maha Esa, malah justru memilih untuk mengakhiri hidupnya ?

Karena cobaan dan tekanan kehidupan yang seolah-olah datang tiada henti. Dengan alasan-alasan remeh dan ragam persoalan yang membelit hidupnya bahkan juga mengatasnamakan ketidak adilan Tuhan. Seolah manusia sudah melakukan usaha maksimal, seolah manusia sudah berusaha keras berjuang untuk mendapatkan keadilan Tuhan? Merasa diri sudah melakukan yang terbaik, merasa diri sudah berserah sepenuhnya bahkan sampai mengeluarkan darah dan air mata, dan terus bertanya mengapa pertolongan tak kunjung datang. Lalu pikiran sesat melintas untuk mengakhiri hidup ini, karena diri sudah tiada kuat lagi.

Ora Et Labora

Umumnya manusia selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk diberikan kekuatan saat menghadapi cobaan. Manusia berharap ’doa mohon kekuatan’ akan dikabulkan langsung oleh Tuhan berupa kekuatan untuk mengatasi cobaan. Yang tidak disadari manusia adalah bahwa sebenarnya doa permintaan akan kekuatan justru akan mendatangkan cobaan (yang lain) lagi, karena sesungguhnya salah satu cara Tuhan untuk memberikan kekuatan kepada manusia adalah dengan cara memberikan cobaan (lagi) sebagai ujian apakah manusia sudah bisa mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Nya, dengan tidak mengeluh atas hidupnya dan lebih banyak berikhtiar atau tidak.
Bahwa sesungguhnya, tugas manusia di dunia ini sangat sederhana sekali. Berdoa dan Bekerja. Mensyukuri Nikmat Tuhan dan Berikhtiar. Manusia yang gagal memahami akan selalu berkonsentrasi pada doa yang isinya mengeluh, menuntut dan meminta. Mereka lupa berikhtiar, lupa bekerja, atau lupa mengupayakan perubahan nasib.
Doa yang dipanjatkan manusia seyogyanya adalah lebih kepada rasa syukur atas segala hal yang telah dikaruniakan Tuhan kepadanya, boleh memohon tetapi tidak menuntut. Boleh mengadu tetapi tidak mengeluh. Boleh meminta tetapi tidak memaksa.
Maka apabila manusia mampu menentukan pilihan yang bijaksana terhadap hidupnya, manusia akan memiliki lebih banyak waktu, tenaga dan pikiran yang dapat dimanfaatkan untuk mencari peluang dalam kehidupan, mengisi kehidupan dengan ikhtiar dan mengupayakan usaha yang lebih maksimal lagi demi mencapai kehidupan yang lebih baik. Hidup adalah untuk hidup, diisi dengan kegiatan Ora et Labora, Berdoa dan Bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar