Selasa, 28 Juni 2011

Bledug Kuwu, tempat wisata dengan fenomena gunung api lumpur

Bingung mencari tempat rekreasi yang cocok untuk keluarga Anda, cobalah berkunjung ke Bledug Kuwu barangkali tempat ini bisa dijadikan alternatif tempat liburan.

Bledug Kuwu yang terletak di Desa Kuwu, Kec Kradenan, Purwodadi, Jawa Tengah ini memiliki keunikan tersendiri, dibanding tempat-tempat rekreasi pada umumnya.

Bledug Kuwu adalah sebuah fenomena gunung api lumpur yang mengeluarkan letupan lumpur secara terus menerus. Hampir setiap menit, bunyi letupan tersebut menyerupai bunyi meriam yang berasal dari dalam bumi. Uniknya lagi letupan lumpur tersebut mengandung garam yang banyak ditambak oleh warga sekitarnya.



Jika ingin menikmati pesona keindahan alam ini, Anda bisa menempuh jalan darat, dari Yogya-Solo-Purwodadi kemudian mengambil arah menuju Wirosari Blora. Di sekitar lokasi juga tedapat berbagai fasilitas, seperti rumah makan, rumah penginapan, dan tentu saja warung yang menjual garam buatan penduduk Desa Kuwu yang sudah terkenal rasanya yang asin namun gurih.

Cukup merogoh kocek Rp. 2.000, Anda sudah bisa menikmati keindahan wisata alam Bledug Kuwu yang memiliki luas wilayah sekitar 45 hektare ini. “Dari total 45 hektare, setegahnya merupakan tempat-tempat sebaran letupan, karena letupan-letupan kecil tempatnya berpindah-pindah. Makanya pengunjung harus berhati-hati saat menginjakkan kaki di sini. Karena kalau salah bisa terperosok ke bekas lubang letusan,” terang Sugito, salah satu guide di Bledug Kuwu.

Lebih lanjut pria asli desa Kuwu ini menjelaskan, nama Bledug Kuwu berarti ledakan yang berhamburan, jika diambil dari bahasa Jawa, yaitu bledug yang berarti ledakan, dan kuwu yang berarti berhamburan.

“Tempat ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Kuno. Masyarakat di sini percaya kalau lubang yang ada di Bledug Kuwu merupakan jalan pulang Joko Linglung menuju kerajaan Medang Kamulansetelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular nagara yang meruapkan syarat agar dia diakui sebagai anaknya,” jelasnya.

Sugito menambahkan, Bledug Kuwu mempunyai keistimewaan karena memiliki jenis tanah Alvuial Plain atau tanah endapan, sehingga terasa empuk sat diinjak dan juga tumbuhnya rumput yang biasa tumbuh di pinggir laut, membuat tempat ini dipercaya meruapkan terusan dari Laut Selatan.

“Lumpur di Bledug Kuwu ini tidak panasnamun susah dihilangkan. Makanya harus ekstra hati-hati kalau melangkah di daerah letupan. Berkas lumpur ini tak bisa hilang meski di cuci dengan air. Hilangnya harus memakai rumput,” ujarnya.

Jika hari biasa, tempat ini memang bisa dikatakan sepi pengunjung. Pengunjung biasanya datang ke Bledug Kuwu saat akhir pekan atau hari libur nasional. “Kalau hari biasa, pengjungnya paling ndak sampai 100 orang, tapi kalau hari libur pada akhir pekan bisa dua kali lipat. Rata-rata pengunjung ke sini menikmati keunikan tempatnya sembari mencari garamnya, “ kata Tri Parsito (48), petugas loket Bleduk Kuwu.

Saat berkunjung ke Bledug Kuwu, sebaiknya membawa payung karena lokasinya merupakan wilayah yang gersang dan tak ditumbuhi pepohonan satu pun, sehingga terik matahari akan sangat terasa membakar ubuh jika berkunjung di siang hari.

“Sebenarnya tempatnya enak buat rekreasi keluarga, Cuma panasnya ndak tahan kalau siang. Apalagi kalau ndak bawa payung. Harga makanan dan oleh-oleh di sini juga hitungannya murah, Cuma akses jalan menuju sini agak rusak, sehignga harus segera diperbaiki,” kata Nur Laely (35), pengunjung asal Kudus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar