Kamis, 30 Juni 2011

Kaisar Paling Sadis Zaman Keemasan Roma

Apakah artinya jabatan seseorang, kalau bibitnya buruk, biasanya keturunannya juga jelek. Secara empiris pun, lantaran tidak dilandasi keimanan,” ketika lingkungannya jelek, itulah konvensi yang ditangkap jiwanya. Maka, kita kenal nama Nero, kendai berpangkat kaisat tetapi kelakuannya bagai iblis.

Pesisir Anchio di kota Roma telah mencatat sejarah tersebut. Sebab, pada tahun 37 M, Nero dilahirkan dari rahim seorang ibu yang sangat jahat bernama Aklibina, adik Kaisar Kaligula yang terkenal sebagai pejabat tinggi yang gila seks. Ayahnya adalah seorang pejabat administrasi yang mempunyai reputasi buruk dan berperilaku naïf. Dia pernah membunuh rakyat banyak yang tak berdosa dengan sewenang-wenang. Ibunya cantikbagaikan bidadari tapi jahatnya seperti ular berbisa. Seorang wanita penuh dengan tipu muslihat dan licik, gemar kekuasaan dan serakah terhadap kedudukan. Suka melakukan pembunuhan missal dan menyiksa orang untuk meraih kesenangan.

Nero lahir cukup tampan, bermata biru, wajahnya berbintik-bintik, dan rambunya berwarna merah kekuning-kuningan serta berpipi agak tembam. Ia putra dari Gnaeus Dominitus – seorang anggota keluarga Ahenobarbi. Selama 500 tahun keluarga ini, yang dikenal akan janggut merah, darah ningrat, kecerobohan dan keberanian mereka, telah berada di lingkungan teratas dari masyarakat ROmawi. Kakek Nero dari pihak ayah adalah seorang pemboros dan gemar melihat pertandingan antara Gladiator. Lagipula ia kejam terhadap para budak beliannya, sehingga ia dikecam oleh Kaisar Agustus.

Ketika dilharikan pada tahun 37, Nero diberi nama Lucius Dominitus Ahenobarbus. Ia tetap memakai nama itu sampai ibunya menikah dengna kaisar Klaudius. Waktu ia diangkat anak oleh ayah tirinya, namanya diganti menjadi Nero Klaudius Drusus Germanikus.

Pada masanya, akhirnya Nero pun diangkat menjadi kaisar menggantikan bapaknya. Tidak lama menjadi Kaisar, nero mendengar kabar bahwa, ibunya secara aktif berkomplot untuk membunuhnya. Mula-mula ia tidak percaya desas-desus ini dan mengalihat perhatiannya kepada Britanikus, saudara tirinya dan saingannya yang kuat.

Akhirnya Nero memutuskan sarudara tirinya harus dilenyapkan. Pada bulan Februari, Nero menitahkan untuk meracuni Britanikus di acara jamuan makan malam. Seorang pelayan membawa anggur untuk Britanikus. Setelah minum seteguk, langsung berakibat fatal. Para pelayan menggotongnya keluar, lalu Nero menenangkan para tamu dengan mengatakan bahwa Britanikus hanya mengalami serangan penyakit ayan. Esok harinya Nero menitahkan jenazah itu diperabukan di Kampus Mars.

Setelah ia yakin bahwa ibunya menentang dia, ia juga memutuskan untuk membunuh ibunya. Untuk meredam reaksi umum, Nero memutuskan, ibunya harus mati akibat kecelakaan. Ia mengatur agar ibunya pulang dengan kapal yang akan tenggelam.

Setelah ibunya dan Britanikus meninggal, nero berkelakuan seperti seorang singa kelaparan yang tiba-tiba dilepaskan dari kandangnya. Ketika sedang bercakap-cakap, kawannya mengutip sebuah perkataan yagn terkenal “Bila saya mati biarlah api yang menghanguskan bumi”. Namun Nero emgnubah kalimat itu dengan berkata “Bila aku masih hidup, biarlah api menghanguskan Bumi” dan dia menyebarluaskan perkataannya itu dengan kegembiraan.

Dia menikah lagi dengan seorang bangsawan kaya, sehignga kesempatan menyediakan pendidikan kelas satu bagi Nero. Kemudian, ketika istri ketiga dari Kaisar Imperialis Roma Klautikse meninggal dunia, dengan mengandalkan hubungan family berdalih bahwa, kaisar yang juga pamannya hendak menikahinya, perempuan itu pun memanfaatkan kecantikannya untuk memikat kaisar tua itu.

Akhirnya pada tahun 49 M, dia berhasil menjadi seorang permaisuri. Tahun berikutnya, dia berusaha membuat kaisar menerima Nero sebagai anak angkat, serta mengupayakan agar putrid kaisar menikah dengan Nero. Ia juga menghapus kedudukan Bunitanix yang tadinya putra mahkota. Ia mengangkat Nero sebagai penggantinya. Ketika kaisar tua merasa menyesal atas pengangkatan Nero sebagai pewaris tahta. Nero tahu sehingga ia melancarkan intrik pembunuhan yang keji dengan seporsi hidangan jamur beracun untuk meracuni kaisar tua itu. Ia juga menggunakan uang dalam jumlah besar untuk membeli pasukan pengawal istana.

Kemudian memproklamirkan Nero yang baru berusia 17 tahun itu sebagai kaisar baru Roma. Setelah nero naik tahta, sudah tergenggam tampuk kekuasaan besar.

Disebabkan oleh pengaruh dan didikan sang ibu dalam jangka waktu pajang, maka sejak kecil Nero sudah terdidik dengan sifat yang benis, serakah dan sewenang-wenang serta haus kekuasaan. Ia tidak segan membunuh ibunya yang ingin menyingkirkannya sebagai kaisar, juga membunuh istrinya karena bosan dan ingin menikah lagi dan membunuh adinya serta saudara tirinya yang dianggap menghalangi geraknya dalam melampiaskan nafsu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar